Jakarta (ANTARA News) - Pidato Presiden tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), angka inflasi Juli dan kinerja emiten menjadi faktor pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin ini.

IHSG BEI ditutup naik 9,995 poin atau 0,43 persen menjadi 2.333,231, sedangkan indeks saham-saham unggulan (LQ45) menguat 3,693 poin atau 0,81 persen ke posisi 458,108.

Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas Alfiansyah kepada ANTARA News di Jakarta, mengatakan tren kenaikan indeks BEI masih berlanjut terutama didorong berbagai sentimen positif dari internal dan domestik.

Menurut Alfian, pasar masih dipengaruhi oleh kinerja emiten semester pertama ditambah oleh pidato nota keuangan dan RAPBN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang beberapa target 2010 serta angka inflasi yang terkendali.

"Target pertumbuhan 5 persen, angka inflasi 5 persen serta suku bunga 6,5 persen (SBI tiga bulan) dianggap realistis oleh pelaku pasar saham," katanya.

Alfian juga melihat angka inflasi Juli 2009 sebesar 0,45 persen masih terkendali, serta nilai tukar rupiah yang terus menguat hingga Rp9.890 per dolar AS juga menjadi sentimen positif pasar.

Sentimen positif tersebut membuat indeks BEI melanjutkan kenaikan yang sudah berlangsung sejak pekan lalu (sejak 29 Juli), sehingga penguatan mulai terbatas.

Dominasi saham yang naik sudah terlihat kembali, hanya 99 jenis dibanding yang turun sebanyak 114 dan 64 tidak berubah harganya.

Walaupun lebih sedikit, namun kebanyakan saham yang naik merupakan saham unggulan yang mendorong indeks BEI terus berlanjut kenaikannya.

Beberapa saham yang naik dan mendorong indeks BEI diantaranya saham Timah yang terangkat Rp100 ke posisi Rp2.200, Gas Negara menambah Rp50 ke level Rp3.550, Antam melangkah Rp75 ke harga Rp2.275, Astra Internasional melonjak Rp850 ke Rp30.150 dan Bank Mandiri menguat Rp75 menjadi Rp4.250.

Transaksi yang terjadi sebanyak 133.205 kali dengan jumlah saham yang berpindah tangan mencapai 10,403 miliar lembar dan nilai Rp6,779 triliun. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009