Bogor (ANTARA News) - Duta Besar (Dubes) Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri menyatakan, lembaga pendidikan pondok pesantren (Ponpes) yang banyak bertebaran di berbagai pelosok Indonesia, merupakan simbol peradaban Islam.

"Keberadaan lembaga pendidikan khas Nusantara ini, sangat membantu pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia," katanya sebagaimana disampaikan juru bicara yang juga asisten khusus Astushi Sano, saat mengunjungi Ponpes "Fathan Mubina" di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Dubes Jepang iu mengunjungi Ponpes yang berada di kaki Gunung Pangrango tersebut sebagai rangkaian kunjungan ke berbagai Ponpes di Indonesia.

Di Ponpes itu, ia menyampaikan ceramah dengan topik "Hubungan Indonesia dan Jepang".

Sebelumnya Dubes Jepang juga telah mengunjungi Ponpes Sunanul Huda (Sukabumi), Pesantren Buntet (Cirebon), Pesantren Darun Najah Ulujami (Jakarta), dan Perguruan Al-Azhar (Jakarta).

Lebih lanjut Atsushi Sano mengutarakan, kunjungan pihak Kedubes Jepang ke Ponpes sebagai upaya nyata dalam membangun saling pengertian dan menghargai antarberbagai peradaban dunia.

Salah satu pertimbangannya, selama ini muncul stereotip di dunia Barat yang mengaitkan Islam dengan stigma negatif, seperti terorisme dan radikalisme.

"Selama ini dunia Barat selalu mengaitkan Islam dengan terorisme, terutama pasca terjadinya aksi WTC 2002. Hal ini mendorong kami melakukan sesuatu, guna membangun dialog antara Islam dan Barat," katanya.

Karena itu, sejak 2003 silam, Kedubes Jepang di Indonesia, telah melakukan berbagai program guna membangun dialog peradaban dan menjembatani komunikasi antara Barat dan Islam.

Sejumlah program yang telah digagas antara lain pengiriman tokoh-tokoh muda Islam Indonesia untuk belajar ke Jepang.

Selain itu, lanjutnya, pada saat bersamaan Jepang juga melihat dari dekat kehidupan umat Islam di Indonesia yang notabene sebagai komponen terbesar umat Islam di dunia.

"Kami sudah mengunjungi berbagai pesantren di Indonesia. Kami lihat kurikulum di pesantren sangat baik. Selain itu, kehidupan sosial di pesantren juga sangat baik. Jadi tidak benar, bila aksi terorisme terkait pesantren," katanya.

Rangkaian kunjungan Dubes Jepang ke Ponpes "Fathan Mubina", selain diisi dengan ceramah dan dialog, juga diperkenalkan berbagai kebudayaan Jepang yang digelar selama sehari penuh.

Budaya itu antara lain peragaan baju tradisional khas Jepang "Yukata", baju tradisi musim dingin Jepang, "Oso gatsu", demo "origami| hingga pemutaran VCD perjalanan sejarah bangsa Jepang.

Sementara itu, pengasuh Ponpes "Fathan Mubina" KH Charuman Kamal menambahkan, kunjungan Dubes Jepang sebagai kunjungan balasan yang dilakukan pihak pesantren ini.

Beberapa waktu lalu, pesantren ini turut mengirimkan duta dalam program pelatihan manajemen bagi guru-guru pesantren di Indonesia yang diadakan di negeri "Sakura" tersebut.

"Kegiatan ini sebagai `follow up` kerja sama Jepang dengan komunitas pesantren di Indonesia. Melalui misi ini kami ingin menyampaikan pesan bahwa Islam merupakan agama yang ramah, agama rahmatan lil`alamien," katanya.

Menurut Kamal, pesantren yang dipimpinnya mengelola pendidikan dasar dan menengah dengan jumlah siswa mencapai ratusan orang.

Yayasan pesantren ini berdiri sejak tahun 1986. Namun untuk pendidikan pesantren (berasrama) baru digelar sejak 2004.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009