Bojonegoro (ANTARA News) - Polisi Resort (Polres) Bojonegoro mewaspadai teroris masuk wilayah hukumnya, menyusul rumor terkait dengan informasi itu, kata Kapolres Bojonegoro, AKBP Agus Saripul Hidayat, Senin.

Semula, kata dia, ada informasi bahwa seseorang bernama Hendrawan yang konon masuk jaringan teroris, memiliki mertua di Desa Bulu, Kecamatan Balen.

Nama Hendrawan itu mengemuka, namun asal usulnya tidak jelas asal-usulnya, sementara muncul juga kabar bawha seseorang yang memiliki mertua di Desa Bulu tersebut, masuk jaringan teroris.

Dari hasil pelacakan polisi di Desa Bulu, Kecamatan Balen, terungkap bahwa seorang wanita bernama Siti Nurinayati (35) yang pernah belajar di Ponpes Al Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur.

Siti menikah dengan Musjarot, asal Sale, Rembang, Jawa Tengah, pada 2001, atau sebelum kasus bom Bali I. Pesta pernikahannya dihadiri Amrozi.

Dari laporan yang disampaikan Kepala Desa Bulu, Kecamatan Balen, Subandi, mertua Musjarot atau orang tua Siti Nurinayati, bernama Sahlan bukan Hendrawan.

"Dan dia tidak pernah keluar rumah. Setiap hari bekerja sebagai petani," jelasnya.

Sepasang suami-istri Musjarot dan Siti Nurinayati, diketahui warga setempat setelah kasus bom Bali I, tidak pernah bertempat tinggal lagi di Desa Bulu.

"Mereka bekerja sebagai ustaz di Ponpes Al Islam, Tenggulun," katanya mengungkapkan.

Menurut dia, warga setempat memperbincangkan pasustri tersebut karena setelah ledakan bom di dua hotel di Jakarta, Jumat (17/7), keduanya dengan dua anak mereka kembali lagi ke Desa Bulu, Kecamatan Balen.

"Mereka kembali karena kedua anaknya disekolahkan di Bojonegoro," katanya menambahkan.

Agus menyatakan, pihaknya sudah menginstruksikan jajarannya di Kepolisian Sektor (Polsek) Balen untuk menenangkan masyarakat setempat terkait rumor tersebut.

Di satu pihak, iklim di desa setempat kondusif, di lain pihak mencegah pengucilan oleh masyarakat setempat terhadap keluarga Sahlan. "Kasihan mereka kalau sampai dikucilkan oleh masyarakat sekitar gara-gara dianggap sebagai teroris," katanya.

Menyinggung apa yang kini dilakukan jajarannya, ia menegaskan bahwa apa yang dilakukannya itu sebagai bentuk kewaspadaan. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009