Jakarta (ANTARA News) - Dengan menggigil dan panik, anak perempuan Michael Jackson, Paris, berteriak, "Mana ayah?" begitu tim paramedis menghambur memasuki rumah bergaya istana ala Hollywood, Kamis pekan lalu.

Dengan rambut pirang lebatnya yang acak-acakan disertai tangisan, bocah perempuan berumur 11 tahun ini dirangkul erat oleh dua saudara lelakinya Prince Michael dan Prince Michael II, dan bertiga mereka menangisi sang ayah yang terbaring tidak sadarkan diri di kamar tidurnya.

Ini adalah suasana yang berubah kacau yang dihadapi petugas pertolongan darurat manakala mereka menyerbu masuk ke rumah bergaya istana di kompleks Carolwood Drive, Los Angeles, yang dikontrak Jacko Rp1,7 miliar sebulan.

Ketiga bocah yang menjadi tambatan hidup dan bagian terpenting si Raja Pop ini mendadak terhempas ke dalam mimpi buruk bahwa ayah mereka yang superstar musik itu tak akan selamat.

Seperti terjadi pada setiap babak kehidupan para legenda musik yang bermasalah, saat-saat terakhir hidup Michael juga diliputi permainan hidup yang mengerikan.

Pertama, anak-anaknya dan juga dokter pribadinya, Conrad Murray, semula berpikir Jacko sedang bercanda berpura-pura mati.

Lalu, dengan sembrono Jacko mengatakan pada seorang teman dekatnya bahwa dia ingin "pergi seperti Elvis."

Setelah itu, dia menolak merehabilitasi kecanduannya pada obat-obatan terlarang.

Terakhir, obat-obatan inilah yang menghancurkan pola tidurnya serta membuatnya kerap mengigau "tidur sambil jalan" bagaikan mayat hidup atau "zombie" dalam video musiknya,Thriller.

Paramedis tiba di kediaman Jacko pukul 12.30 siang, hanya sembilan menit setelah mereka menerima panggilan darurat 911.

Sumber yang menjadi staf Jacko mengisahkan, "Suasana krisis segera menebar ke seluruh ruangan rumah bagaikan tiupan angin puyuh.

"Ketiga bocah dibawa ke satu ruang oleh sembilan pengasuh, namun mereka mengira ayah mereka sedang bercanda. Dia memang sering bermain dengan berpura-pura mati, lalu tiba-tiba bangun untuk mengejutkan anak-anaknya, makanya anak-anak itu mengira dia sedang bercanda.

"Namun begitu mereka melihat ambulans tiba, mereka benar-benar tergguncang. Paramedis berlarian ke loteng, sementara sirene meraung-raung. Anak-anak itu ketakutan dan mulai menangis dan berteriak memanggil ayah mereka."

Untuk menghindarkan mereka dari trauma melihat sang ayah yang kaku digotong keluar rumah dengan bantuan alat pernafasan hingga menutupi mukanya, anak-anak itu segera dibopong dimasukkan ke bagian belakang satu kendaraan yang ditunggui kakak perempuan Michael, La Toya dan ibunya Katherine.

Paris, bocah perempuan berusia 12 tahun dan si bungsu yang masih berumur enam tahun Prince Michael II, dibawa serta ke UCLA Medical Centre.

Begitu tiba di rumah sakit, mereka langsung ditenangkan oleh anggota keluarga besarr Jackson yang membawakan mereka krayon dan kertas gambar sebagai pengalih perhatian, kemudian menghiburnya bahwa ayah mereka akan segera membaik, kendati ayah mereka sebenarnya telah terbujur kaku di ruang operasi.

Sejenak bergiliran mereka memeluk saudara-saudara tuanya dan berdoa untuk ayah mereka.

Dalam wawancara esklusif dengan News of the World, penasihat spiritual Michael, Deepak Chopra menceritakan, "Banyak sekali orang di sana dan anak-anak itu kelimpungan, berteriak dan menangis."

Setelah Michael Jackson diumumkan meninggal pukul 2.26 siang, anggota keluarga sambil sesunggukan membawa anak-anak Jacko ke rumah utama keluarga Jackson di Encino.

Hanya sekitar tiga jam sebelumnya, Jacko disuntik Demerol --obat penenang berbahan morfin yang membahayakan dan acap disebut Michael sebagai tonik untuk kesehatannya-- yang diperkirakan menjadi penyebab kematiannya.

Chopra yang juga adalah seorang dokter terkenal serta anggota American College of Physicians, mengonfirmasikan bahwa obat penenang itu telah disuntikan dengan teratur.

"Itu satu hal yang sangat tidak pantas yang sedikit pun tak boleh terlintas pada pikiran Anda. Bagi saya, itu (komposisi dan frekuensinya) jelas bahwa dia telah diberikan obat di luar takaran (overdosis)," kata Chopra.

News of the World mendapat konfirmasi dari dokter pribadi Michael yang merupakan kardiolog asal Las Vegas, Conrad Murray, bahwa dia memang berada di samping Jacko saat ajalnya dicabut, dan sempat mengira pasieannya itu sedang berpura-pura mati.

"Sangat menyedihkan, Murray mengaku mengira Michael sedang bercanda, seperti yang sering dilakukannya ketika menggoda anak-anaknya. Namun kali ini, tragisnya itu sungguhan.

Murray mencoba berbicara dengan Michael demi menyadarkannya, namun dokter ini segera menyadari bahwa ini bukan guyonan. Dia segera tahu bahwa Michael sedang dalam bahaya besar."

Kaget karena teman sekaligus pasiennya tengah berjuang mempertahankan hidup, Murray dengan gelisah kemudian berusaha menyadarkan kembali Michael, meneriakinya untuk segera sadar kembali.

Sumber News of The World ini melanjutkan, "Ketika teriakannya semakin nyaring, dia meminta staf lain membantunya. Mereka lalu berdatangan mendekat dan melihat Michael pucat pasi, ambruk di atas ranjang. Dia dibopong ke bawah ranjang untuk kemudian diberi beberapa pernafasan buatan.

"Murray kelihatan hampir menangis dan tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Itulah saat panggilan ke 911 disampaikan. Tetapi Murray tahu Michael sebenarnya telah meninggal dunia.

"Kami diberi tahu bahwa Michael telah disuntik tranquilleser (obat penurun stres) pada malam sebelumnya dan dia berjalan gelisah mengelilingi rumah.

"Dia telah menjalani hari yang melelahkan pada saat latihan demi pertujukannya nanti yang baru selesai tengah malam. Anehnya latihan itu membuatnya benar-benar terjerat, dia begitu kelelahan sampai tidak bisa tidur.

"Dia tak bisa duduk atau diam barang sejenak, dan meminta untuk disuntik syarafnya.

"Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak pil penenang yang telah dia telan. Michael berada di ujung tanduk, tenggelam dan benar-benar kacau. Dia mengeluh bahwa jantung dan dadanya berdetak cepat."

Chopra mengungkapkan, sang bintang adalah pribadi yang sakit seraya menambahkan, "Dia pernah bilang pada saya bahwa dia ingin pergi seperti Elvis, bukan seperti Marlon Brando. Saya pikir secara tidak sadar dia telah memperkirakan (akhir kematiannya seperti apa)."

Elvis meninggal dunia di usia ke-42 di tengah drama besar dalam mansion Graceland (rumah besarnya) di Memphis, Tennessee, sedangkan Brando meninggal dunia di usia ke-80 karena masalah kesehatan biasa.

Michael yang menghabiskan 10 juta dolar AS untuk perawatan kesehatannya, bertemu Chopra pada 1988 dan keduanya terus akrab sampai Jacko meninggal.

Chopra yang juga dokter, telah berupaya menolong sang bintang menjauhi kecanduannya pada obat-obatan.

Dia mengisahkan, "Setelah kasus pelecehan anak pada 2005 Michael menemuiku dan menginap selama seminggu di rumahku.

"Suatu hari tiba-tiba dia meminta resep. Dia tahu aku dokter sehingga dia meminta obat narkotika. Saya tanya dia, 'Untuk apa kamu inginkan narkotika?' Dari situ saya segera tahu dia telah menjadi pemakai (narkoba) dan kemungkinan besar sejumlah dokter telah memberikan obat-obatan narkotik itu."

Jacko berkilah, dia hanya mengonsumsi obat penenang untuk sakit kepalanya, namun Chopra tidak melihatnya berusaha melawan kecanduannya pada obat-obatan terlarang yang adalah masalah besar.

Chopra membujuk Michael untuk pergi ke pusat rehabilitasi korban narkoba, namun sang biduan menolak.

"Aku benar-benar putus asa menolongnya. Anda tak akan bisa menolong orang yang sedang dalam penolakan. Saya pikir ketergantungan pada narkoba itulah yang bertanggungjawab atas kematiannya. Itulah yang menjadi penyebab serangan jantungnya." (*)

Sumber: News of the World, 28 Juni 2009

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009