pemberdayaan inilah yang ke depan justru dapat membantu pemerintah
Samarinda (ANTARA) - Pakar ekonomi dari Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, Dr Aji Sofyan Effendi SE, MSi mengatakan, penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) harus paralel dengan penanggulangan efeknya baik dari sosial maupun ekonomi.

"Jangan sampai masyarakat kita selamat dari wabah COVID-19 tapi justru terpuruk dari sisi sosial dan ekonomi, karena dampak dari pendemi ini sangat luas antara lain kepanikan tanpa alasan kuat, pemutusan hubungan kerja, dan meningkatnya jumlah kemiskinan," ujar Aji Sofyan di Samarinda, Jumat.

Ia menuturkan bahwa pemberian sembako dan BLT sifatnya hanya seperti pemadaman api yang sedang kebakaran, jangan sampai air di kenadaraan pemadam habis, tapi apinya ternyata tetap menyala.

Baca juga: Alibaba berdayakan calon wirausahawan muda atasi krisis COVID-19
Baca juga: Siapkan desa sebagai sumber pangan saat wabah Covid-19


Untuk itu, katanya, seharusnya pemerintah tidak mengarahkan semua bantuan untuk sembako dan bantuan langsung tunai (BLT), namun melupakan pemberdayaan ekonomi masyarakat. "Dari pemberdayaan inilah yang ke depan justru dapat membantu pemerintah meningkatkan ekonomi," katanya.

Untuk itu, pemerintah daerah terutama kabupaten kota harus mendata dengan cermat siapa saja yang terdampak pandemi secara langsung, tujuannya adalah untuk kepentingan program pemberdayaan.

"Mereka yang didata antara lain yang terkena PHK, dirumahkan sementara, tidak punya pekerjaan tetap. Sebelum pandemi ada yang sebagai buruh harian, tukang kayu, tukang batu, pekerja lepas, sopir taksi, ojol, karyawan toko/warung, namun sekarang tidak bisa kerja," ujarnya.

Baca juga: Puspolkam: Perlu komando terpusat ketahanan pangan antisipasi COVID-19
Baca juga: Pemerintah diminta jaga pasokan pangan agar harga tetap stabil


Ia juga mengatakan bahwa intervensi sosial juga harus dilakukan, seperti memberikan pelayanan sosial, pelayanan fisik, pelayanan psikososial, pelayanan keterampilan dalam mencegah terjangkitnya virus corona atau keterampilan hidup sehat.

Pelayanan sosial lainnya adalah pelayanan spiritual, pelayanan pendampingan, pelayanan advokasi, dan pelayanan edukasi atas informasi seputar virus corona agar mereka tidak panik yang berdampak banyak hal, seperti ada yang menolak jenazah yang terkait COVID-19, padahal seharusnya itu tidak terjadi.

"Intervensi sosial harus dilakukan oleh tenaga yang ahli di bidangnya, jangan hanya sebatas memenuhi proyek kemudian menggunakan tenaga yang bukan ahli. Intervensi sosial juga dapat dilakukan dengan level sasaran berupa individu, keluarga, kelompok sosial, atau komunitas," ucapnya. 

Baca juga: FAO imbau masyarakat beli makanan dari usaha pangan setempat
Baca juga: LSM berharap pandemi COVID-19 momentum perkuat kedaulatan pangan


Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020