Jakarta (ANTARA News) - "Sebatang kayu mati dibelit ular. Ular yang mati itu terus merayap, dan kayu yang mati itu pun lalu bergerak, kemudian diam dan menggelatak. Cobalah terka, apakah itu? Gasing!".

Teka-teki itu mengingatkan bahwa gasing merupakan salah satu seni budaya berupa permainan anak-anak Nusantara, yang telah terlupakan, diganti dengan permainan modern produk asing.

Padahal permainan gasing pada masa lalu tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Sunda, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT hingga Papua.

Sejumlah seniman Indonesia mencoba mengaktualisasikan permainan anak-anak tempo dulu itu dalam bentuk Pameran Gasing "Komidi Putar" di Bentara Budaya Jakarta.

Wardah Alfia, panitia Pameran Gasing "Komidi Putar" kepada ANTARA News di ruang pameran, Rabu, menjelaskan, pameran selama 10 hari, mulai Rabu (20/5) itu diprakarsai 25 seniman seni rupa, antara lain Erica, Laksmi Sitharesmi, Melodia, Felix S, Wanto, Bambang Herras, Koniherawati, Ali Umar, Adi Gunawan, Nasirun, Putu Sutawijaya, Yuswantoro Ado, Widi Winarno, dan Hermanu.

"Ini merupakan pameran gasing dan yoyo pertama diadakan di Bentara Budaya Jakarta setelah sebelumnya diselenggarakan di Bentara Budaya Jogyakarta pada 20 Maret 2009," kata Wardah.

Gasing adalah mainan berbahan baku kayu dan bambu, dan cara bermainnya harus diputar dengan seutas tali.

Permainan gasing ini di setiap wilayah mempunyai nama sendiri-sendiri.

Di Jawa Timur, misalnya, diberi nama kekehan, di Jogya Patu, Sunda bansing, di Banyumas panggalan.

Bentuk gasing variannya cukup banyak, setiap daerah memiliki bentuk sendiri. Di Jawa ada delapan bentuk, yang paling banyak adalah di daerah Toraja, Sulawesi Selatan sebanyak 32 bentuk gasing.

Pada dasarnya bentuk gasing adalah bundar agak lonjong seperti telur dan di atasnya terdapat mahkota untuk menautkan tali gasing.

Selain bulat lonjong, bentuk gasing juga beraneka ragam, ada bentuk segitiga kerucut, bulat, dan elips. Namun, yang pasti gasing-gasing itu harus bisa dimainkan atau diputar dengan sentakan tali gasing.

Pameran ini selain memajang duplikat gasing-gasing seni rupa berbagai daerah, juga menampilkan gasing-gasing seni rupa karya para perupa di Jogyakarta.

Pameran ini mengekspos masalah sosial budaya yang masih hangat terjadi di Indonesia saat ini, yaitu menyangkut pemilihan umum. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009