Jakarta (ANTARA) - Alastair Campbell, eks juru bicara pemerintahan Perdana Menteri Tony Blair, bersimpati terhadap pesepak bola yang jadi kambing hitam dan sasaran kritik menyusul dampak krisis ekonomi yang ditimbulkan pandemi virus corona.

Belakangan pesepak bola Liga Premier Inggris menjadi sasaran kritik terlebih serikat mereka, PFA, terlibat perdebatan dengan operator mengenai pemotongan gaji untuk mengurangi dampak ekonomi pandemi.

Baca juga: Klub Liga Premier harus pilih, potong gaji atau tarif pajak naik

"Saya pikir pesepak bola diperlakukan sangat kasar dalam konteks ini," kata Campbell sebagaimana dilansir Reuters, Kamis malam.

"Saya mengenal banyak pemain dan manajer, memang ada sebagian kecil dari mereka yang kurang baik atau sangat rakus, tetapi sepengalaman saya kebanyakan bukan orang seperti itu," ujarnya menambahkan.

Campbell, yang juga suporter Burnley itu, menilai gelombang kritik kian deras dipicu pernyataan Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock pekan lalu yang mendesak pemain untuk memotong gaji dan memberi sumbangsih kepada masyarakat.

"Padahal saya tahu, saat itu banyak pemain dan klub sudah membicarakan mengenai rencana langkah strategis dan sejujurnya sepak bola sendiri terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan," katanya.

"Saya kasihan kepada pesepak bola, banyak anak muda yang jago, tapi bukan berarti mereka mampu menghadapi situasi sulit yang amis politis ini, berlebihan," ujar Campbell melengkapi.

"Dan pada saat bersamaan, ada beberapa klub seolah sengaja membuat masalah ini diarahkan semata-mata ke pemain," katanya lagi.

Baca juga: Gaji pemain Liga Premier bakal dipotong hingga 30 persen
Baca juga: PFA kuatir pemotongan gaji pemain akan kurangi pendanaan medis Inggris


Oleh karena itu, Campbell mengimbau agar para pemangku kepetingan dan pengambil keputusan bisa mengambil langkah harmonis bersama-sama pemain dan pelatih.

"Ini jelas situasi yang sulit, sebab Liga Premier, FA, EFL dan PFA mungkin tidak bisa duduk bersama langsung, tapi mereka harus menempuh langkah yang sejalan menegaskan posisi, tujuan dan cara mereka menghadapi ini semua," pungkasnya.

Liga Premier baru saja memperpanjang masa penangguhan tanpa tenggat waktu, membatalkan rencana awal melanjutkan musim 2019/20 pada awal Mei.

Liga Premier juga menyerukan klub-klub untuk memangkas 30 persen gaji pemain dan pelatih mereka demi menghindari memburuknya dampak ekonomi pandemi, tetapi PFA sempat mengingatkan langkah itu akan mengurangi pemasukan pajak dan pembiayaan medis Inggris.

Baca juga: Liga Premier terancam denda Rp15,3 triliun bila musim tak berlanjut
Baca juga: Pemain Liga Inggris bentuk inisiatif sumbangkan dana lawan corona
Baca juga: Tiga divisi di bawah Liga Premier butuh 56 hari rampungkan musim ini

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2020