Jakarta (ANTARA News) - Lembaga kajian ekonomi Advisory Group in Economics, Industry and Trade (Econit) mengingatkan bahwa tingkat bunga pinjaman luar negeri akan melambung pada 2009 sehingga pemerintah harus hati-hati ketika hendak memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk menutup defisit APBN.

"Dalam suasana pasar yang berat seperti sekarang, sulitlah menerbitkan pinjaman sebesar itu, kalaupun dilakukan, biaya bunganya akan jauh lebih tinggi," kata Ekonom Econit, Rizal Ramli di Jakarta, Rabu.

Rizal Ramli mengatakan hal itu menanggapi rencana pemerintah menerbitkan global bond hingga miliaran dolar AS untuk menutup defisit APBN 2009 yang meningkat dari 1,0 persen menjadi 2,5 persen dari PDB.

Menurut Econit, krisis keuangan menyebabkan negara-negara maju harus mengalokasikan dana yang sangat besar untuk biaya penanggulangan krisis, termasuk biaya penyelamatan bank-bank dan stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Di AS, misalnya, biaya krisis dapat mencapai 3,5 triliun dolar AS sehingga defisit anggaran pada 2009 diperkirakan akan mencapai 25 persen dari PDB. Hal yang sama juga terjadi dengan negara-negara OECD lainnya.

Pembiayaan defisit yang sangat besar itu pada suatu saat akan menaikkan tingkat bunga internasional dan mengakibatkan crowding out atau semakin sulitnya negara berkembang mendapatkan akses kredit dan pasar uang.

Econit juga meningatkan bahwa jumlah utang Indonesia pada saat ini sudah semakin besar jumlahnya dan jumlah itu akan semakin besar dengan rencana pemerintah menaikkan defisit APBN 2009.

"Memang 10 tahun lalu (1997-1998) rasio utang terhadap GDP lebih tinggi (50 persen) dibandingkan dengan tahun 2008 (37,3 persen)," katanya.

Tetapi stok utang pada 2008 ini telah mencapai 146 miliar dolar AS, lebih tinggi daripada stok hutang pada tahun 1997 yang hanya 129 miliar dolar AS.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009