Jangan ambil risiko jika memang debit air terus naik dan tidak memungkinkan untuk bertahan lebih baik segera mengungsi, namun harapan kita banjir segera turun seperti biasanya, tetapi kami minta masyarakat tetap waspada
Putussibau, Kapuas Hulu (ANTARA) -
Banjir merendam sejumlah tempat di empat kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat akibat luapan Sungai Kapuas, setelah hujan cukup deras mengguyur daerah itu selama beberapa hari terakhir.

"Banjir di empat kecamatan saat ini ketinggian air mencapai satu meter lebih di beberapa titik dataran rendah," kata Ketua Tagana Kapuas Hulu Muhammad Hatta di Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Minggu.
 
Dia mengatakan empat kecamatan yang dilanda banjir itu, yakni Putussibau Selatan, Putussibau Utara, Kalis, dan Bika, sedangkan ketinggian air antara 40 centimeter hingga sekitar satu meter.
 
Ia menjelaskan banjir merendam beberapa tempat di empat kecamatan, terutama dataran rendah di pesisir Sungai Kapuas.
 
"Tidak semua kebanjiran di Putussibau Selatan itu di Teluk Barak, kemudian di Desa Tanjung Jati, sedangkan Putussibau Utara itu di daerah Dogom dan Pantai Sibau saat ini air masih naik," kata dia.

Baca juga: Banjir lumpuhkan ruas jalan Putussibau-Pontianak
 
Hatta menjelaskan luapan air Sungai Kapuas mulai masuk sejumlah dataran rendah sejak Sabtu (11/1) sore, sedangkan hingga saat ini kondisi air perlahan naik.
 
"Biasanya memang banjir tidak begitu lama, semoga saja tidak terjadi hujan deras di perhuluan sungai," kata dia.
 
Hatta meminta masyarakat Kapuas Hulu, terutama yang berada di pesisir Sungai Kapuas untuk waspada banjir.

Apabila debit air terus naik dan merendam pemukiman penduduk, katanya, sebaiknya masyarakat cepat mengungsi dan mengutamakan keselamatan jiwa.
 
"Jangan ambil risiko jika memang debit air terus naik dan tidak memungkinkan untuk bertahan lebih baik segera mengungsi, namun harapan kita banjir segera turun seperti biasanya, tetapi kami minta masyarakat tetap waspada," kata Hatta.

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020