Kapannya saya belum bisa kasih kepastian
Makassar (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) berencana akan memperluas penggunaan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) dengan menyasar sistem pembayaran untuk jalan tol hingga tiket transportasi umum.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Sistem Pembayaran BI Ricky Satria mengatakan sekarang jalan tol dan transportasi umum masih menggunakan sistem pembayaran nontunai melalui kartu yang dikeluarkan oleh perbankan.

“Kapannya saya belum bisa kasih kepastian, tapi kita lagi mencoba yang paling cocok efisien itu yang mana,” katanya di  Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.

Ricky menuturkan sebenarnya rencana tersebut akan direalisasikan pada 2020, namun hingga kini pihaknya masih melakukan berbagai pengembangan yang menyangkut QRIS berbasis Customer Presented Model (CPM) ini.

“Sebenarnya kan tahun ini tapi itu belum tentu juga karena kita butuh bikin speknya dulu. Speknya sedikit kok tapi kompleks karena melibatkan satu device dan edukasi yang agak double,” katanya.

Ricky menuturkan pihaknya kini sedang mengembangkan teknologi terkait QRIS berbasis CPM tersebut dengan menggandeng 23 Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP).

Ia menjelaskan dalam mengembangkan QRIS berbasis CPM perlu adanya standarisasi untuk QR Code, scanner, aplikasi POS, dan edukasi ulang kepada merchant.

Hal itu dilakukan sebab QRIS berbasis CPM merupakan sistem pembayaran yang transaksinya dilakukan oleh pembeli dengan menunjukkan QRIS nya kepada merchant.

Sedangkan QRIS berbasis Merchant Presented Mode (MPM) yang sudah ada saat ini sistem penggunaannya yaitu merchant menunjukkan QRIS kepada pembeli saat bertransaksi.

“Kemarin kita bertemu dengan merchant kecil yang MPM nya terpasang dan CPM nya juga terpasang, secara behaviour mereka bingung karena implementasinya kan berbeda,” ujarnya.

Ia melanjutkan QRIS berbasis CPM lebih menyasar usaha berskala besar dan berbagai layanan lain seperti transportasi umum, jalan tol, serta parkir.

Sementara untuk QRIS MPM menyasar para pedagang berskala kecil seperti UMKM karena lebih mudah digunakan maupun diadopsi oleh para merchant.

“Merchant kecil memang paling enak pakai MPM. Kalau CPM yang existing karena mereka ada scan. Itu lebih cocok sebetulnya,” ujarnya.

Baca juga: BI dorong UMKM gunakan QRIS, daftarnya gratis

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020