Jakarta (ANTARA) - Pada tahun yang baru ini, banyak orang mulai sibuk membuat resolusi tentang diet apa yang harus diikuti, demi mencapai resolusi bentuk tubuh ideal namun tetap sehat dan bugar.

Sebuah artikel baru-baru ini terbit di The Sun menyoroti perbedaan antara dua diet yang paling banyak dicari tahun 2019, yaitu diet keto dan diet rendah kalori.

Baca juga: Diet keto bantu menghalau virus flu

Dilansir dari Medical Daily pada Rabu, diet keto memungkinkan hingga 20 gram karbohidrat bersih atau 5 persen dari diet harian yang sebagian besar terdiri dari lemak sehat. Namun kerugian dari diet keto adalah adanya pengurangan karbohidrat secara drastis yang dapat menyebabkan rentan terkena flu, kelelahan, konsentrasi rendah, bahkan bau mulut.

Sementara itu ahli nutrisi Terri Ann, penulis "Terri Ann's 123 Diet Plan", mendorong orang untuk makan semua jenis makanan, namun tidak berlebihan. Dia menjamin diet rendah karbohidrat memiliki lebih banyak manfaat jangka panjang dibandingkan diet keto.

Perbedaannya adalah, diet rendah karbohidrat terdiri dari asupan protein yang sehat, yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tetap utuh.

"Diet rendah karbohidrat adalah cara yang sangat sukses untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan. Dalam diet rendah karbohidrat, Anda mengurangi asupan makanan seperti roti, pasta, kentang, dan makanan bergula sementara makanan berprotein seperti daging, ikan, dan vegetarian harus menjadi alternatif dan ditingkatkan," kata Terri Ann kepada The Sun.

Baca juga: Diet populer 2019, keto, telur hingga ala IU

Badan Kesehatan Nasional Amerika (NHS) memperingatkan bahwa tidak mengkonsumsi karbohidrat dapat menyebabkan defisiensi nutrisi dan memperburuk masalah kesehatan jika tidak cukup disubstitusi dengan makanan lain.

Kelebihan berat badan dapat terakumulasi dalam tubuh jika seseorang menggunakan lebih sedikit energi daripada kalori yang dimasukkan.

"Mengganti karbohidrat dengan lemak dan sumber protein berlemak lebih tinggi dapat meningkatkan asupan lemak jenuh, yang dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah, sehingga menimbulkan faktor risiko penyakit jantung," seperti ditulis dalam laman resmi NHS.


 Baca juga: Resolusi kesehatan yang realistis di 2020, apa saja?

Baca juga: Konsumsi protein berlebih bisa bahayakan ginjal

Baca juga: Dewi Hughes sukses turunkan berat badan 90 kg, ini tips dietnya

Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020