Kita memperkirakan pergerakan penumpang akan berpotensi menurun 18 persen menjadi 90,5 juta
Tangerang (ANTARA) - Jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta sepanjang tahun 2019 mencapai 54,2 juta penumpang, turun sekitar 11 juta orang dari 65,6 juta penumpang tahun 2018.

Penurunan jumlah penumpang dipengaruhi harga tiket yang relatif mahal, dan banyaknya infrastruktur transportasi lain yang sudah terbangun, yakni Tol Trans Jawa dengan Tol Trans Sumatera.


Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam paparannya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu, menyebutkan penurunan penumpang secara keseluruhan di bandara yang dikelola AP II, yakni 18,85 persen.

“Kita memperkirakan pergerakan penumpang akan berpotensi menurun 18 persen menjadi 90,5 juta,” katanya.

Berdasarkan data AP II, penurunan terbesar terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, bahkan jauh di bawah jumlah keseluruhan penumpang tiga tahun lalu sepanjang 2016, yakni 58,1 juta penumpang.

Pergerakan di Bandara Soekarno-Hatta menyumbang 60 persen dari pergerakan penumpang di seluruh pergerakan di seluruh bandara AP II.

Seiring dengan itupun, Bandara Soekarno-Hatta menyumbang 60 persen terhadap pendapatan perusahaan.

Sementara itu, bandara-bandara AP II besar yang mengalami penurunan, yakni Bandara Kualanamu turun 2,5 juta penumpang dari 10,4 juta penumpang sepanjang 2018 menjadi 7,9 juta penumpang sepanjang 2019.

Pada kesempatan sama, Direktur Teknik AP II Djoko Murdjatmodjo mengatakan penyebab penurunan terjadi karena pengaruh adanya harga tiket yang mahal dan banyaknya infrastruktur transportasi lain yang sudah terbangun, yakni Tol Trans Jawa dengan Tol Trans Sumatera.

“Di dalam industri penerbangan, tidak hanya satu penyebabnya di seluruh dunia pun pergerakan turun. Kita kena imbas karena adanya isu yang dihembuskan terkait harga tiket, bagasi berbayar,” katanya.

Padahal, menurut dia, sejak dahulu dalam penerbangan berbiaya murah (LCC), bagasi memang tidak termasuk dalam komponen harga tiket.

“Penerbangan LCC, bagasinya pasti berbayar. Komponen tarif itu tidak ada bagasi,” katanya.

Djoko menyebutkan daya beli masyarakat juga berpengaruh karena adanya tiket mahal dan bagasi berbayar itu.

Faktor lainnya, lanjut dia, yakni membaiknya Infrastruktur transportasi lain, seperti tol terutama untuk penerbangan di wilayah Jawa.

“Di Jawa Infrastruktur darat yang cukup membaik. Tol saat ini cukup tinggi. Di udara justru rendah. Di satu sisi kondisi memang bergerak,” katanya.

Namun, Djoko optimistis permintaan akan terus tumbuh karena pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia dinilai lebih baik, yakni empat persen dibanding negara lainnya, yakni tiga persen.

Baca juga: Angkasa Pura II dirikan kawasan pengembangan UMKM di Bandara Soetta
Baca juga: Bandara Soetta luncurkan "Mobile Command Post" layanan darurat


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019