Yerusalem (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Ehud Barak mencoba memperluas larangan kunjungan keluarga tawanan Hamas di Israel dalam upaya menekan kelompok Hamas membebaskan tentara terculiknya, kata dokumen terbitan Rabu. Dalam surat kepada jaksa agung Israel, Barak memintanya mengaji unsur hukum mencegah keluarga tawanan Hamas dari wilayah dudukan Tepi Barat mengunjungi mereka di penjara. Israel sudah memotong kunjungan keluarga ke tahanan Hamas dari Jalur Gaza sebagai bagian pengetatan keseluruhan pengucilan perbatasan sejak kelompok itu menguasai wilayah tersebut dari unsur Fatah Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 2007. Barak, dengan menyebutkan di surat itu alasannya menginginkan perluasan larangan berkunjung itu, mengatakan bahwa dengan ketiadaan gerakan tentara Israeli, "semua kemungkinan lain harus dikaji" dalam mengusahakan pembebasan Gilad Shalit. Tentara Israel itu diculik pejuang Gaza, termasuk gerilyawan Hamas, dua tahun lalu. Sebagai penukar kebebasannya, Hamas menuntut Israel membebaskan ratusan tawanan Palestina, yang ditahannya. Barak, dalam surat itu, menggambarkan tuntutan Hamas sebagai pemerasan dan menuduhnya menyeret ke perundingan tak langsung, yang ditengahi Mesir, atas pertukaran tawanan. Abu Mujahed, jurubicara Panitia Perlawanan Rakyat, salah satu kelompok dalam serangan lintas perbatasan tersebut, yang menculik Shalit, menyatakan langkah Barak "tidak akan memaksa unsur penculiknya melepaskan tuntutan mereka". Sekitar 11.000 orang Palestina dipenjara Israel dan membebaskan mereka adalah persoalan sangat memancing emosi di masyarakat Palestina, yang menganggap mereka lambang perlawanan pendudukan itu. Israel menutup salah satu dari tempat perlintasan bahan pokok ke Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, Minggu ketika pengunjukrasa Israel berkumpul di sana untuk menuntut pembebasan Shalit. Media setempat memberitakan bahwa puluhan pengunjukrasa berkumpul pada Minggu pagi untuk menentang penghentian perundingan tidak langsung antara Israel dengan Hamas menyangkut pembebasan kopral Gilad Shalit. Israel menutup Jalur Gaza seluruhnya kecuali untuk bantuan kemanusiaan sejak Juni 2006 sesudah Hamas --yang bersumpah akan menghancurkan negara Yahudi itu-- menguasai wilayah tersebut. Pengucilan itu tetap diberlakukan, kendati gencatan senjata empat bulan menghentikan serangan roket hampir setiap hari oleh pejuang Palestina terhadap masyarakat Israel dekat perbatasan Gaza. Badan khusus kementerian Israel telah merampungkan rancangan daftar 450 tahanan Palestina untuk menukarkan mereka dengan Gilad Shalit, tentara Israel disandera Hamas. Surat kabar Israel "Haaretz" melaporkan badan kementerian pimpinan Wakil Perdana Menteri Haim Ramon pada tengah September merampungkan rancangan daftar itu dan telah disampaikan kepada Perdana Menteri Ehud Olmert. Menurut laporan tersebut, itu merupakan kali pertama Israel mengirim daftarnya sendiri, berbeda dengan sebelumnya, yang disetujui atau ditolak nama tahanan Palestina, yang diajukan Hamas. Israel dilaporkan mengancam mengambil "langkah sungguh-sungguh" bila Hamas terus mengulur waktu pembebasan Shalit. Pejabat Israel telah mengirim pesan tersebut kepada Hamas lewat penengah Mesir pada pekan sebelumnya. Daftar itu juga meliputi nama tambahan dalam daftar Hamas, yang sebelumnya ditolak Israel, terutama yang dijuluki "tangannya berlumur darah", istilah Israel bagi tahanan Palestina dengan tuduhan melakukan pembunuhan terhadap warga Yahudi, demikian Reuters.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008