Jakarta, 14/10 (ANTARA) - Wisatawan Mancanegara (wisman) dari Amerika yang berkunjung ke Indonesia merupakan wisman minat khusus yang tidak terpengaruh oleh krisis finansial global yang sedang terjadi dan akan tetap berwisata ke Indonesia. "Kalau melihat profilnya, wisman Amerika merupakan wisman 'demand in-elastis', artinya tidak terlalu terpengaruh oleh krisis. Yang penting, wisman jenis ini terpenuhi apa yang menjadi interesnya," kata Staf Ahli Menbudpar, Thamrin B Bachri, yang dihubungi di Jakarta, Selasa. Thamrin mengatakan, agar tidak perlu khawatir krisis finansial yang sedang terjadi akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisman ke Indonesia karena wisman Amerika lebih banyak wisman minat khusus seperti wisata bahari, menyelam dan "surving". "Kecuali kalau krisis yang dihadapi menyangkut keselamatan dan keamanan, akan menjadi pertimbangan wisman minat khusus. Tetapi kondisi keamanan Indonesia sekarang relatif bagus," katanya. Thamrin mengatakan, wisman minat khusus ini juga tidak terlalu mempermasalahkan mengenai jalur transportasi yang susah untuk mencapai suatu obyek wisata. "Mereka tidak masalah apabila mengalami perjalanan yang tidak nyaman, asalkan bisa melihat pendulangan emas tradisional di Banjarmasin misalnya," jelasnya. Wisman minat khusus ini, kata mantan Dirjen Pemasaran Depbudpar tersebut, tidak mempermasalahkan mengenai uang dan biaya wisatanya. "Tingkat belanja mereka lebih tinggi dari wisman biasa yang hanya 900 dolar AS, mereka bisa mencapai 1.500 dolar AS," katanya. Dan jumlah wisman minat khusus dari Amerika pun meningkat dari tahun ke tahun. Sebelumnya, Menbudpar, Jero Wacik di Makassar, Senin (13/10) mengatakan, pariwisata Indonesia aman dari dampak krisis keuangan global, bahkan cenderung akan meningkat akibat krisis tersebut, Jero Wacik mengatakan, peningkatan kunjungan wisman tersebut terjadi, karena banyak orang di dunia yang ingin melakukan perjalanan wisata akibat tekanan ekonomi yang mereka alami. Tingkat stres akibat krisis, katanya, justru membuat para wisatawan ingin melancong untuk memenangkan diri. "Situasi pariwisata kita normal. Bahkan, ada kecenderungan meningkat karena wisatawan domestik kita tetap aktif. Ini sesuai dengan instruksi presiden yang memerintahkan sektor riil harus terus berjalan, meski saat ini krisis melanda seluruh dunia," ujarnya. Menteri mengungkapkan, dirinya telah memerintahkan semua komponen penyelenggara pariwisata agar menyamaratakan pelayanan terhadap turis asing dan domestik. Karena saat ini, wisatawan domestik berposisi sebagai penyelamat pariwisata dalam negeri. ASITA dan LEPITA juga menyatakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika tidak mempengaruhi secara langsung kepada tingkat kunjungan wisawatan mancanegara (wisman) dari Amerika ke Indonesia. "Tidak ada pengaruh besar ke Indonesia karena memang Amerika bukan pasar utama kita, bahkan bukan 10 besar negara pasar wisata Indonesia, " kata Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Association of Indonesian Travel Agencies/Asita), Ben Sukma, yang dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu. Akan tetapi Ben Sukma tidak mengetahui apakah krisis keuangan Amerika tersebut mempengaruhi tingkat kunjungan wisman dari negara-negara lain ke Indonesia. "Yang pasti, orang akan menahan diri untuk melakukan perjalanan. Mereka akan lebih mengutamakan biaya-biaya utama sesuai skala prioritas," katanya. Senada dengan Ben Sukma, Ketua BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia) Ponco Sutowo mengatakan, pengaruh krisis keuangan Amerika kecil terhadap pariwisata Indonesia karena Amerika bukan pasar utama Indonesia. "Kalau ke pariwisata di negara Amerika Latin atau Kanada mungkin pengaruhnya besar, karena bertetangga dengan Amerika," kata Ponco. Direktur LEPITA (Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata), Diyak Mulahela, mengatakan, pariwisata Indonesia sering menghadapi goncangan-goncangan yang muncul dan telah dihadapi. "Pengaruh krisis global ini tentu ada tapi banyak wisatawan yang mempunyai penghasilan menengah ke atas tetap tidak akan mengubah keputusannya untuk bertamasya sebagaimana biasa," kata Diyak. Menurutnya, pariwisata adalah kegiatan yang tidak begitu rentan atas pengaruh krisis yang menghantui bisnis dan ekonomi dunia, tetapi sangat rentan terhadap kondisi rasa aman dan nyaman dalam menikmati liburan. Dari data tingkat kunjungan wisman Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan Depbudpar, tingkat kunjungan wisman Amerika ke Indonesia berkisar kurang dari 200.000 wisman yaitu hanya 130.963 wisman atau hanya 3,79 persen dari 4.871.351 total jumlah wisman (2006), dan 157.936 wisman dari 5.002.101 total wisman atau hanya 4,19 persen (2005). Sedangkan pada tahun 2004 ada 153.268 orang dari total 5.321.165 wisman atau hanya 2,8 persen dan pada tahun 2003 ada 130.276 wisman dari 4.467.021 total wisman atau hanya 2,9 persen.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008