Banyuwangi (ANTARA) - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Lia Kian meminta Kota Banyuwangi, Jawa Timur etap merawat toleransi.

"Sudah nyata dan terbukti Banyuwangi adalah ikon toleransi tetapi tolong dirawat," ucap Lia dalam acara Sosialisasi Pancasila "Peran Forum Kerukunan Umat Beragama dan Forum Pembaruan Kebangsaan dalam Membina Ideologi Pancasila di Banyuwangi" di Banyuwangi, Sabtu.

Baca juga: Pancasila sebagai perekat keberagaman Indonesia

Baca juga: Komisi II dukung penguatan kelembagaan BPIP melalui UU

Baca juga: Samakan persepsi ajarkan Pancasila, BPIP kumpulkan akademisi


"Merawat itu lebih susah sama dengan ibu melahirkan, melahirkan itu gampang tetapi merawatnya itu susah. Hari ini dikatakan toleran tetapi dalam proses perjalanan, siapa yang bisa menjamin," ucap Lian.

Ia juga meminta tokoh agama di Banyuwangi tetap berperan penting untuk merawat toleransi.

"Oleh sebab itu, ayo kita menjaga peran kita masing-masing, merawat ini menjaga ini apalagi tokoh agama," kata dia.

Dalam kesempatan itu, ia juga mencontohkan kasus siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak mau menghormati Bendera Merah Putih.

"Kasus terbaru, ada anak SMP tidak mau menghormati bendera, artinya apa anak itu diskorsing," tuturnya.

Namun dalam kasus tersebut, ia menyatakan bahwa seharusnya siswa tersebut jangan langsung diskorsing. Menurutnya, siswa tersebut lebih baik ditanya terlebih dahulu alasan tidak mau menghormati Bendera Merah Putih.

"Tindakan itu salah? Secara kemanusiaan kita lihat dari perspektif dari sisi kemanusiaan lebih baik kita tanya dulu si anak jangan langsung dipecat misalnya dari sekolah, tanya apalagi anak ini kan masih polos," kata Lia.

Oleh karena itu, ia kembali menekankan peran keluarga sampai tokoh agama untuk membina siswa tersebut.

"Lewat keluarga setelah keluarga tokoh agama, dibina. Oleh sebab itu, maka keluarga juga penting, ditanya dulu digembleng dulu mengapa kamu tak menghormati bendera apa dasarnya apa sebabnya. Kalau anak itu dipecat nanti kebencian yang tersisa. Maka dibina anak itu setelah dibina siapa yang masuk itu tentu keluarga maupun juga para alim ulama," tuturnya.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019