Jakarta (ANTARA) - Seorang pria berinisial RA alias Abu Yaksa (43) kini harus berurusan dengan polisi lantaran menyumbangkan uang sebesar Rp75.000 kepada SH alias Samsul Huda yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara merencanakan teror untuk menggagalkan pelantikan presiden.

"Tersangka RA ini perannya ikut dalam grup WA dengan inisial F, setelah bergabung dia juga ikut menjadi penyandang dana atau memberikan uang Rp75.000 rupiah," kata Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda Metro Jaya AKBP I Gede Nyeneng di Polda Metro Jaya, Kamis.

RA diketahui bergabung di grup WhatsApp 
(WA) dengan nama F sebagai anggota pada September 2019 karena dimasukkan oleh tersangka SH.

Grup WA tersebut digunakan oleh SH dan kelompoknya untuk membuat katapel dengan amunisi peledak untuk menyerang Gedung DPR/DPD/MPR saat pelantikan presiden.

Penyidik Polda Metro Jaya kemudian melacak keberadaan RA dan kemudian menurunkan Tim Gabungan Subdit III Resmob Polda Metro Jaya untuk membekuk tersangka.

"RA ditangkap pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2019 pukul 01.30 WIB di depan Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat," tutur Gede.

Baca juga: Diduga ingin gagalkan pelantikan presiden, enam orang ditangkap
Baca juga: Polda Metro Jaya siapkan tim motoris amankan pelantikan presiden


Polisi masih mendalami aliran dana kelompok tersebut. Polisi belum membeberkan jumlah dana yang berhasil dihimpun kelompok tersebut.

"Masih dalam pengembangan. Jadi belum bisa disampaikan seluruh totalnya berapa," katanya.

Atas perbuatannya, RA dijerat Pasal 169 ayat 1 KUHP dan atau Pasal 187 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Undang-Undang Darurat dengan ancaman hukuman lima sampai dua puluh tahun penjara.

Polda Metro Jaya berhasil mengungkap kelompok perusuh yang merencanakan aksi
untuk menggagalkan pelantikan Joko Widodo dan Maruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 di gedung MPR/DPD/DPR RI pada Minggu (20/10).

Polisi menangkap enam orang tersangka yakni SH, E, FAB, RH, HRS dan PSM. Kelompok tersebut diduga terkait dengan kelompok perusuh yang dikomandoi oleh oknum dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith.

Polda Metro Jaya membeberkan bahwa Abdul Basith terlibat dalam serangan menggunakan bom molotov saat bentrokan di daerah Pejompongan, Jakarta Pusat, 24 September 2019 dan rencana peledakan bom rakitan saat aksi Mujahid 212 pada 28 September 2019 yang berhasil dicegah dan digagalkan oleh Kepolisian.
Baca juga: Polda Metro Jaya siap amankan Pelantikan Presiden-Wakil Presiden
Baca juga: Situasi Jakarta kondusif menjelang pelantikan presiden


Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019