Jakarta (ANTARA) - Miss V atau vagina yang lembap merupakan kondisi normal. Seperti dilansir dari Medical News Today, kelembapan itu berasal dari kelenjar Bartholin dan serviks.

Kelenjar Bartholin adalah dua kelenjar kecil berukuran kacang yang terletak tepat di dalam Miss V. Kelenjar itu membantu mencegah miss V kering.

Sementara serviks menghasilkan cairan sepanjang siklus menstruasi seseorang, dan akan meningkat saat ovulasi mendekat.

Ginekolog Dr Jen Gunter mengatakan, rata-rata wanita sehat menghasilkan 1-4 mililiter cairan dalam sehari.

Namun, jumlah yang dikeluarkan bisa berubah dari hari ke hari, dan kelenjar Bartholin serta serviks menghasilkan berbagai cairan yang dapat berubah dari waktu ke waktu.

Berikut ini sejumlah hal yang perlu diketahui tentang kelembapan Miss V, apa yang normal dan tanda-tanda ada masalah sehingga membutuhkan penanganan dokter.

Komponen

Komponen dalam cairan Miss V antara lain air (>90 persen), garam (1 persen), natrium klorida, kalsium, dan fosfat, asam amino, lipid, dan glikogen.

Cairan Miss V dapat mengandung antibodi yang mengurangi risiko beberapa infeksi.

Warna cairan itu berbeda-beda, seperti krem, merah muda, kekuningan dan abu-abu.

Perubahan hormon dan gairah

Ketika seorang wanita bergairah secara seksual, kelenjar Bartholin menghasilkan lebih banyak cairan. Cairan itu akan membantu selama hubungan badan sehingga mengurangi risiko cedera.

Selain itu, kelembapan Miss V juga bergantung pada level estrogen dalam tubuh. Estrogen menyebabkan kelenjar Bartholin menghasilkan lebih banyak cairan.

Seiring bertambahnya usia wanita, kelembapan itu akan berkurang. Setelah menopause, tubuh memproduksi lebih sedikit estrogen, membuatnya lebih sulit untuk menjaga miss V tetap lembap, dan dinding miss V pun menjadi lebih tipis.

Kapan harus ke dokter?

Cairan pada Miss V adalah tanda vagina dalam kondisi sehat.  Namun, ada beberapa gejala yang memerlukan pemeriksaan dokter, antara lain Miss V kering selama berhari-hari dan keputihan.

Ketika cairan Miss V lebih banyak dari biasanya, bisa jadi itu tanda infeksi. Infeksi menyebabkan keputihan, rasa gatal, terbakar, atau timbul rasa sakit.

Dalam kebanyakan kasus, obat infeksi jamur antijamur (OTC) dapat mengobatinya. Sementara itu, antibiotik tidak akan membantu dan bahkan dapat memperburuk infeksi.

Salah satu penyebab infeksi adalah bakteri vaginosis. Beberapa orang tidak merasakan gejala, tetapi yang lain merasakan gatal atau terbakar.

Penyebab lainnya, infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebabkan keputihan dengan warna kekuningan atau kehijauan. Kadang-kadang muncul gelembung dan bau, terutama setelah periode menstruasi.

Jika muncul tanda lain seperti Miss V bengkak atau nyeri, segera periksakan diri ke dokter. Seseorang yang merasa nyeri di bagian dalam Miss V mungkin memiliki kista kelenjar Bartholin.

Baca juga: Risiko jika perempuan tak gunakan tisu di toilet

Baca juga: Ini tanda Miss V yang sehat

 

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019