Purwokerto (ANTARA News) - Memasuki musim kemarau 2008, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur meningkatkan penjagaan hutan di Gunung Slamet, Jawa Tengah, sebagai antisipasi terjadinya kebakaran seperti yang terjadi pada tahun 2007 lalu. "Kita telah meningkatkan penjagaan dengan membentuk Posko di Pos Pendakian Gunung Slamet di Desa Bambangan, Kecamatan Karangreja, Purbalingga," kata Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, Soejoedi, di Purwokerto, Selasa. Di posko itu, telah ditempatkan dua petugas jaga yang siaga 24 jam terdiri dari petugas piket dari polisi hutan teritorial (Polhuter) dibantu oleh anggota lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) yang bertanggung jawab terhadap keselamatan hutan dari kebakaran. Menurut dia, kebakaran hutan sangat mudah terjadi saat musim kemarau karena dengan sepuntung rokok yang masih menyala dan jatuh di semak-semak. "Apalagi hutan Gunung Slamet masih alami sehingga begitu ada puntung rokok yang menyala dan jatuh ke semak-semak, apinya mudah merambat ke mana saja karena tiupan angin," katanya. Terkait dengan pengawasan terhadap para pendaki, dia mengakui belum bisa dilakukan secara maksimal karena banyak pendaki yang datang tidak melalui pos pendakian di Desa Bambangan. Menurut dia, banyak pendaki yang datang melalui wilayah Kabupaten Pemalang dan Tegal sehingga tidak terdata secara resmi. "Untuk itu kita mengimbau kepada para pendaki untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan dan sebisa mungkin tidak menyalakan api di saat musim kemarau sehingga peristiwa kebakaran yang terjadi tahun 2007 lalu tidak terulang lagi," katanya. Ia mengatakan, kebakaran hutan Gunung Slamet pada tahun 2007 lalu telah membakar lahan seluas 87,7 hektare di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, dengan kerugian mencapai R21.802.000,00. Menurut dia, kebakaran hutan tersebut merupakan peristiwa terbesar sepanjang tahun 2007 di KPH Banyumas Timur meski wilayah tersebut bukan daerah rawan kebakaran. "Wilayah di KPH Banyumas Timur yang rawan terjadi kebakaran berada di Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jatilawang dan Kebasen," katanya. Ia mengatakan, kebakaran yang di BKPH Jatilawang selama tahun 2007 mencapai 27,88 ha dengan 177 pohon dan kerugian Rp5.037.000,00, sedangkan BKPH Kebasen seluas 22 ha dengan 137 pohon dan kerugian Rp3.862.500,00. Sementara untuk seluruh KPH Banyumas, kata dia, kebakaran yang terjadi selama tahun 2007 mencapai 314 pohon dengan luas 137,87 ha dan kerugian mencapai Rp30.704.000,00. "Selama tahun 2008 ini, kebakaran baru sekali terjadi dan segera bisa ditangani yakni pada 30 Juni lalu di Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Banyumas, pada lahan seluas 0,2 ha dengan 69 pohon dan kerugian Rp50 ribu. Kebakaran tersebut akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab," katanya. Dia menampik adanya kabar kebakaran di lereng Gunung Slamet pada pertengahan Juni lalu karena peristiwa tersebut terjadi pada hutan jati rakyat di Kabupaten Pemalang, yang bukan milik KPH Banyumas Timur. Menurut dia, luas hutan milik KPH Banyumas Timur mencapai 46.624,20 ha terdiri klas perusahaan pinus (29.071,4 ha) dan damar (17.552,8 ha). Hutan tersebut berada di Kabupaten Banyumas (18.765,67 ha), Cilacap (2.458,90 ha), Purbalingga (14.540,49 ha), dan Banjarnegara (10.859,14 ha).(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008