Di kecamatan Alak ini banyak sekali embung. Tapi semuanya hampir mengering karena kemarau.
Kupang (ANTARA) - Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II melaporkan bahwa sebanyak 18 embung di kecamatan Alak Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, saat ini airnya semakin menipis akibat kekeringan ekstrim yang melanda daerah itu.

Kasatker Operasi Pemeliharaan Bendungan Tilong, Balai Sungai Nusa Tenggara II Bernadeta Tea di Kupang, Senin, mengatakan salah satu embung yang terus mengalami penurunan debit air adalah embung Kiumese.

"Saat ini sisa air di embung itu hanya tersisa 35 meter kubik saja, dari total daya tampung 18.840 meter kubik," katanya.

Pantauan Antara air di embung tersebut juga sudah berubah warna karena sudah tak layak jadi dikonsumsi akibat sehari-hari menjadi lokasi kubangan ternak sapi.

Ia mengatakan saat ini di kecamatan Alak ada 18 embung, namun semuanya rata-rata mengalamai penurunan debit air sebesar 80 persen.

Bahkan beberapa embung diantaranya seperti Embung Kiubiblian, Bisita, Pohon Nitas dan Hoenebab juga hampir mengering.

Baca juga: Warga Kupang manfaatkan sisa air embung sirami tanaman sayuran

Beberapa warga yang ditemui Antara saat meninjau salah satu bendungan bernama Nunusak di Kecamatan Alak mengatakan bahwa memang debit air semakin turun.

Louise Kufa seorang petani sayur-sayuran mengatakan ketinggian air di Embung Nunusak yang semula delapan meter kini tinggal empat meter saja.

Menurut dia, penurunan debit air tahun ini sangat cepat dibandingkan dengan tahun 2018. Ia pun mengkhawatirkan jika kemarau semakin panjang maka air di embung itu akan mengering.

"Di kecamatan Alak ini banyak sekali embung. Tapi semuanya hampir mengering karena kemarau," tutur dia.*

Baca juga: NTT Perlu 2.700 Embung

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019