Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan lokal yang berdiri sejak 2001, Asiatech, tengah memfokuskan diri pada bisnis penjualan perlengkapan industri Tekhnologi Informasi (TI), terutama teknologi pengiriman data cepat dengan biaya murah. Produk baru Asiatech, yang diberi nama Riverbed diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat dalam menggunakn teknologi pengiriman data dengan biaya murah, mengingat produk yang ada selama ini harganya sulit dijangkau, kata Direktur Pelaksana Asiatech, Mirawati, usai mempresentasikan Riverbed di Jakarta, Kamis. "Kehadiran Riverbed tersebut merupakan solusi tepat karena dapat membantu pengiriman dan pencarian data melali situs internet secara efektif, cepat dan murah. Ibarat sebuah mobil yang melewati jalan raya mengalami kemacetan, dengan menambah alat Riverbed, jalan tersebut mirip seperti jalan tol yang bebas dari hambatan," kata Mirawati mengisayaratkan. Asiatech merupakan perusahaan satu-satunya yang menjadi agen produk asal Amerika Serikat tersebut. "Di Amerika Serikat, sudah banyak perusahaan minyak dan gas, termasuk industri keuangan menggunakan tambahan alat tersebut karena dapat meningkatkan efisiensi biaya dan produktifitas kerja," kata Mira. Asiatech selain menjadi agen produk Riverbed, juga produk Overland, Bakbone dan Swallow Tech. Semua produk itu terkait dengan peralatan dan petunjuknya (hardware dan software) soal teknologi, katanya. Menjawab pertanyaan, ia mengatakan, meskipun kehadiran piranti teknologi tersebut di Indonesia masih tergolong baru, tetapi klien atau konsumennya relatif cukup banyak. Di sektor tambang, Freport sudah lama memakai alat tersebut, demikian juga Medco, Chevron dan Conoco. Sedang untuk sektor jasa keuangan dan asuransi saat ini sedang kita kenalkan, dan sudah banyak perusahaan yang akan menggunakan teknologi itu. "Pada prinsipnya, Riverbed dapat membantu sebuah korporasi yang ingin mengirim atau mencari data secara cepat dengan biaya murah. Alat ini juga tepat dipakai instansi pemerintah yang ingin memasaratkan teknologi lewat jaringan internet yang dipasang di berbagai sekolahan," kata Mirawati. Sementara itu, Direktur Operasi Hendra Hasan menambahkan, dengan adanya animo permintaan yang tingggi itu, pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini naik 100 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. "Pada kuartal pertama ini kita sudah dapat menjual produk senilai 300 ribu dolar AS, sehingga pada akhir tahun ini perusahaan dapat mengantongi penjualan 1,2 juta dolar AS," kata Hendra, seraya menambahkan, banyak perusahaan tertarik karena hanya menambah sebuah alat, tetapi punya kegunaan yang besar. Ia juga mengatakan, produk itu dapat dijual dengan harga eceran atau paket. Tergatung dari keperluan sebuah perusahaan yang akan memakainya. Harga satuan untuk eceran, dibawah 5 ribu dolar AS sampai 150 ribu dolar AS. Di negara-negara maju, kata Hasan, pirati semacam itu sudah cukup populer, tetapi di Indonesia terasa masih asing lantaran dimasa lalu belum ada perusahaan yang siap menjadi agen selain belum adanya perusahan yang siap menjadi mitra pengguna. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008