Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengatakan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal II 2019 belum mampu mendongkrak sektor riil terutama dalam penyediaan lapangan kerja.

“Pengaruh investasi ke sektor riil belum "nendang" dan dampak ke pertumbuhan industri untuk menciptakan dan menyerap lapangan kerja belum mampu mendongkrak," katanya saat ditemui di Hotel Aryaduta, Rabu.

Menurutnya, investasi yang tumbuh linier seharusnya berdampak pada sektor padat karya namun berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pencapaian investasi pada triwulan II 2019 yang tumbuh 13,7 persen yaitu dari Rp176,3 triliun menjadi Rp200,5 triliun justru tidak berimbas pada penyerapan lapangan pekerjaan.

Ia menuturkan bahwa pada kuartal II 2019 jumlah penyerapan tenaga kerja hanya mencapai 255 ribu orang atau menurun dibanding kuartal II 2018 yang mencapai 289 ribu orang.

“Jadi terjadi penurunan padahal investasi naik dari Rp176 triliun ke Rp200,5 triliun tapi malah kemampuan menciptakan lapangan kerja menurun," katanya.

Heri menambahkan, jika dilihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan pada triwulan II 2018 sebesar 5,85 persen menjadi 5,01 persen untuk triwulan II 2019.

“PMTB kali ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen,” ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa hal tesebut terjadi karena adanya pergeseran pada investasi barang modal atau primer dan sekunder berupa perdagangan ke sektor yang bersifat tersier yaitu jasa.

“Sebab itu dampak investasi ke penambahan lapangan kerja dan penciptaan lapangan kerja semakin melemah, termasuk efektivitasnya untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Baca juga: Gubernur Bali ingin pekerja lokal dapat manfaat lebih dari investasi

Baca juga: DPR: Harus ada pembatasan tenaga kerja asing