Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset politik IndexPolitica mengingatkan Partai Golkar untuk mulai merangkul kalangan pemilih milenial jika tidak ingin perolehan suaranya kian tergerus pada pemilu-pemilu mendatang.

"Dari tren suara dan perolehan kursi Golkar di setiap pemilu, sejak masa reformasi 2004 itu terus menurun," kata Direktur Eksekutif IndexPolitica Denny Charter, di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut diungkapkannya saat seminar dan diskusi "Kupas Tuntas Persoalan Kepemimpinan Partai Golkar" yang diselenggarakan Barisan Pemuda Partai Golkar (BPPG).

Denny menyebutkan perolehan suara Golkar pada Pemilu 2004 sebesar 21,58 persen, Pemilu 2009 (20,85 persen), Pemilu 2014 (18,95 persen), dan Pemilu 2019 hanya 12,31 persen.

Baca juga: IndexPolitica: Ini lima calon ketua umum Golkar paling populer

"Trennya turun terus, dari 21 persen, 20 persen, 18 persen, dan 12 persen. Tren ini normal. Artinya, kalau tidak ada perubahan ini akan terus turun," katanya.

Jika dibiarkan terus, ia mengkhawatirkan Golkar akan berada di zona degradasi pada 10 tahun ke depan.

Penurunan itu, kata dia, salah satunya disebabkan semakin berkurangnya pangsa pemilih, sebab pemilih Golkar selama ini didominasi kalangan tua.

Baca juga: Bamsoet: Golkar harus rangkul semua golongan termasuk milenial

"Dari survei kami, pemilih Golkar sebesar 56,31 persen bukan pemilih milenial, pemilih tua. Yang milenial hanya 43,69 persen. Ya, tren menurun tadi ada hubungannya," katanya.

Dilihat dari komposisi pemilih berdasarkan kelompok umur, kata dia, 57,15 persen pemilih di Indonesia adalah kalangan milenial atau anak-anak muda dengan rentang usia 17-40 tahun.

Baca juga: Wasekjen Golkar: semua kader punya kesempatan maju dalam Munas

Artinya, kata Denny, kepemimpinan Golkar ke depan harus mampu merangkul kalangan milenial agar perolehan suara Golkar tidak terus-menerus tergerus.

"'Mindset'-nya, kalau mau berubah, ya, harus diubah. Tidak kemudian pemimpin dari milenial. Tetapi, pemimpin yang mengerti bagaimana mengondisikan kalangan milenial," katanya.