Palu (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR Ahmad M Ali mengemukakan Terusan Sulawesi yang saat ini sedang dalam pengkajian sebagai jalur percepatan bisnis dan ekonomi, efek dari perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan menjadi masa depan kawasan timur Indonesia (KTI), khususnya Sulawesi Tengah.

Ahmad M Ali di Palu, Rabu mengatakan, beberapa negara Asia Tenggara telah melakukan beberapa inovasi untuk memutar kemudi ekonomi sudah bergerak maju. Indonesia juga membutuhkan transformasi besar dalam jalur pelayaran.

“Apa artinya bagi kita di Timur Indonesia, khususnya Sulteng? Bahwa negara ini harus membangun skema internal dari jalur lama arus logistik dan barang untuk mengantisipasi kesepian dari berlabuhnya kargo internasional. Justru di sini peluangnya,” kata Ahmad M Ali.

Ia berpendapat, kehadiran Terusan Kra memiliki konsekwensi bagi Indonesia. Hal itu tentu terasa di kemudian hari sebagai bagian dari skema jalur sutra.

Baca juga: Gubernur se-Sulawesi Bangun Terusan Khatulistiwa

Posisi pelabuhan-pelabuhan besar seperti Singapore dan Malaysia, dan Tanjung Priok Indonesia akan terkenai dampak.

Namun, sebut dia, Presiden Joko Widodo dengan cepat membaca arah perubahan ekonomi regional dengan mengambil langkah tepat memindahkan ibu Kota ke Pulau Kalimantan.

Ketua Fraksi NasDem di DPR-RI itu meyakini bahwa potensi masa depan Indonesia ada di Timur. Gerak sektor manufaktur yang tumbuh di Indonesia Timur, khususnya Morowali, Konawe Sultra, dengan sektor baja dingin turunan stenless stell, bahan baku Lithium, dan Banggai dengan LNG dan turunannya.

“Semua potensi kita ini justru adalah makanan semua jenis industri digital masa depan,” sebut dia.

Baca juga: Perpindahan ibu kota negara dorong perdagangan antarwilayah

Namun kendala utama, menurut dia, bagaimana memikirkan agar gerak arus pelayaran logistik dan barang bisa dipercepat.

“Disinilah transformasi transportasi darat, udara dan laut dibutuhkan dalam satu paket kerja besar infrastruktur,” ujar dia.

Dalam perspektif inilah gagasan "Terusan Sulawesi" memiliki urgensi. Bendahara DPP NasDem itu mengutarakan Sulteng dalam kacamatan pemindahan ibu kota adalah wilayah penyangga kebutuhan, dan bahkan episentrum perdagangan regional.

"Ini adalah epos baru dari lembaran narasi "negeri di bawah angin", kita sedang bergerak membuat sejarah dari sisa-sisa trauma kebencanaan,” ujar dia.