Lahan kritis di Teluk Wondama diperbaiki dengan penanaman mangrove
7 Agustus 2019 13:18 WIB
Pesisir Pantai di Kota Wasior, Kabupaten Telok Wondama, Provinsi papua Barat. Dinas Lingkungan Hidup Kabubapaten Telok Wondama akan menanam 15 ribu bibit mangrove untuk memulihkan ekosistem pantai di Wondama yang sudah kritis, termasuk di daerah destinasi wisata (FOTO ANTARA/Toyiban)
Wasior, Teluk Wondama (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, akan memperbaiki lahan kritis di wilayah pesisir dengan penananan bibit mangrove.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Teluk Wondama, Simon Samberi di Wasior, Rabu, menyebutkan, pihaknya telah menyiapkan sebanyak 15.000 bibit pohon mangrove yang akan ditanam pada sejumlah lokasi.
Selain di daerah yang sudah dikategorikan kritis, kata dia, penanaman bibit mangrove yang akan dimulai dalam waktu dekat ini juga menyasar daerah destinasi wisata seperti di Distrik Roon. Itu dilakukan untuk mendukung pengembangan wisata bahari.
“Lokasi penanaman pertama di daerah Manopi, Distrik Wasior, kemudian Aisandami, Distrik Teluk Duairi dan Roon. Saya pastikan tiga lokasi itu bahwa mangrove bisa tumbuh dan bisa menjadi objek wisata juga kalau dikemas dengan baik,“ katanya.
Alumni Fakultas Kehutanan ini menambahkan, dalam tahun 2019 ini pihaknya juga telah menyiapkan sebanyak 5.000 bibit tanaman kehutanan untuk reboisasi kawasan hutan dan lahan yang kritis.
Tanaman kehutanan yang disiapkan, katanya, terdiri atas pohom merbau (leguminosae) atau yang dikenal kayu besi, matoa (pometia pinnata) dan buah hitam yang merupakan tanaman endemik Wondama. Wilayah yang menjadi sasaran penanaman antara lain Distrik Windesi, Roon, Wasior dan Rasiei.
“Di Wondama dengan kondisi yang ada ini sudah tidak bisa (ditanam) dalam hamparan yang luas jadi kita buat spot-spot. Secara total cakupan lahannya sekitar 20 hektare, “ kata Soni -- panggilan karib SImon Samberi -- yang juga dikenal sebagai musisi lokal ini.
Dia menjelaskan, Teluk Wondama memiliki pengalaman kelam berupa banjir bandang yang terjadi pada tahun 2010 lalu. Selain menelan korban jiwa, benacana itu juga merusak sejumlah fasilitas umum lainya.
"Reboisasi ini sebagai bagian dari upaya menjaga alam. Keseimbangan ekologi dan ekosistem alam ini harus dijaga agar tidak menimbulkan bencana," demikian Simon Samberi.
Baca juga: 1.000 bibit mangrove ditanam di Teluk Bintuni
Baca juga: Menitip asa di hutan mangrove Tongke-Tongke
Baca juga: Perusakan Hutan Bakau Teluk Yotefa Papua Semakin Parah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Teluk Wondama, Simon Samberi di Wasior, Rabu, menyebutkan, pihaknya telah menyiapkan sebanyak 15.000 bibit pohon mangrove yang akan ditanam pada sejumlah lokasi.
Selain di daerah yang sudah dikategorikan kritis, kata dia, penanaman bibit mangrove yang akan dimulai dalam waktu dekat ini juga menyasar daerah destinasi wisata seperti di Distrik Roon. Itu dilakukan untuk mendukung pengembangan wisata bahari.
“Lokasi penanaman pertama di daerah Manopi, Distrik Wasior, kemudian Aisandami, Distrik Teluk Duairi dan Roon. Saya pastikan tiga lokasi itu bahwa mangrove bisa tumbuh dan bisa menjadi objek wisata juga kalau dikemas dengan baik,“ katanya.
Alumni Fakultas Kehutanan ini menambahkan, dalam tahun 2019 ini pihaknya juga telah menyiapkan sebanyak 5.000 bibit tanaman kehutanan untuk reboisasi kawasan hutan dan lahan yang kritis.
Tanaman kehutanan yang disiapkan, katanya, terdiri atas pohom merbau (leguminosae) atau yang dikenal kayu besi, matoa (pometia pinnata) dan buah hitam yang merupakan tanaman endemik Wondama. Wilayah yang menjadi sasaran penanaman antara lain Distrik Windesi, Roon, Wasior dan Rasiei.
“Di Wondama dengan kondisi yang ada ini sudah tidak bisa (ditanam) dalam hamparan yang luas jadi kita buat spot-spot. Secara total cakupan lahannya sekitar 20 hektare, “ kata Soni -- panggilan karib SImon Samberi -- yang juga dikenal sebagai musisi lokal ini.
Dia menjelaskan, Teluk Wondama memiliki pengalaman kelam berupa banjir bandang yang terjadi pada tahun 2010 lalu. Selain menelan korban jiwa, benacana itu juga merusak sejumlah fasilitas umum lainya.
"Reboisasi ini sebagai bagian dari upaya menjaga alam. Keseimbangan ekologi dan ekosistem alam ini harus dijaga agar tidak menimbulkan bencana," demikian Simon Samberi.
Baca juga: 1.000 bibit mangrove ditanam di Teluk Bintuni
Baca juga: Menitip asa di hutan mangrove Tongke-Tongke
Baca juga: Perusakan Hutan Bakau Teluk Yotefa Papua Semakin Parah
Pewarta: Toyiban
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: