Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan petugas Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pada Jumat pagi menangkap tiga warganegara Timor Leste yang terlibat pemberontakan dan insiden penembakan terhadap Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta pada 11 Februari lalu. Dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat malam, Yudhoyono menyebutkan tiga warganegara Timor Leste yang ditangkap oleh petugas Polri itu adalah Egidio Lay Carvalho, Jose Gomes, dan Ismail Sansao Moniz Soares. "Saya ingin menjelaskan dan menekankan bahwa tiga tersangka tersebut seluruhnya adalah oknum anggota militer Timor Leste yang terlibat dalam aktivitas pemberontakan dan diduga terlibat dalam insiden penembakan," katanya. Oleh karena itu Presiden minta pimpinan Timor Leste tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat diinterpretasikan seolah-olah ada keterlibatan elemen di Indonesia atas penembakan terhadap Horta. Seperti diberitakan sebelumnya, Horta menyatakan bahwa pemimpin pemberontak Mayor Alfredo Alves Reinado banyak menjalin komunikasi dengan elemen Indonesia. Alfredo tewas dalam aksi pada 11 Februari lalu itu. "Saya sangat kaget mendengar pernyataan Presiden Horta," kata Yudhoyono. Presiden menceritakan bahwa pada 10 April 2008 lalu dia melakukan pembicaraan dengan Horta per telepon saat Presiden Timor Leste itu masih dirawat di Australia terkait peristiwa penembakan tersebut. "Dalam telepon itu Ramos Horta menjelaskan bahwa ada penyidikan terhadap insiden penembakan itu dan minta bantuan Pemerintah Indonesia," katanya. Setelah pembicaraan itu, Presiden Yudhoyono segera menginstruksikan Kepala Polri Jenderal Pol Sutanto untuk melakukan tindakan proaktif menangani masalah tersebut. "Dua perwira tinggi polisi dikirimkan ke Dili pada 13 April dan 15 April untuk mengumpulkan informasi dari Jaksa Agung Timor Leste dan melakukan analisis bersama," katanya. Yudhoyono menambahkan saat itu Jaksa Agung Timor Leste mengeluarkan perintah penahanan terhadap pihak-pihak yang diduga terlibat dalam penembakan itu. Petugas Polri, kata Kepala Negara, berdasar dari informasi tersebut segera mencari para tersangka dengan mengedepankan profesionalitas dan semangat kerjasama. Presiden mengira Horta tidak mempublikasikan terlebih dahulu tentang pembicaraan pertelepon itu. "Saya juga menginstruksikan kepada para menteri dan Kapolri untuk tidak mengeluarkan informasi ini pada publik dengan tujuan untuk mempermudah dan mendorong Polri dalam mencari para tersangka itu," kata Yudhoyono. Presiden mengatakan saat ini pemerintah belum dapat memberikan keterangan lebih jauh atas tiga tersangka itu karena pihak Polri masih melakukan penyelidikan lebih jauh termasuk kerjasama dengan pemerintah Timor Leste dan aparat Australia. "Saat ini kami sedang menunggu permintaan dari pemerintah Timor Leste untuk mengirimkan tiga tersangka itu yang masuk ke Indonesia secara ilegal," katanya. Presiden Yudhoyono menyatakan segera setelah peristiwa upaya pembunuhan terhadap Horta pada 11 Febuari, pemerintah Indonesia langsung mengutuk kejadian yang dinilai dapat mengganggu demokrasi itu. "Saya mengirimkan surat pada Perdana Menteri Xanana 25 Febuari 2008 dan menanyakan hal yang dapat dibantu. Sebelum menelepon Ramos Horta pada 10 April, pada 23 Maret saya juga telah melakukan pembicaraan telepon dengan Ramos Horta saat masih dirawat di rumah sakit," kata Presiden. Sekalipun ada kejadian itu, menurut Presiden, Indonesia tetap mendorong hubungan baik dengan negara tetangga itu. Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao pada 29 April akan berkunjung ke Jakarta untuk membahas sejumlah isu bilateral termasuk bantuan logistik yang dapat diberikan untuk negara bekas salah satu provinsi Indonesia itu.(*)