KH Maimoen Zubair dinilai sebagai ulama besar yang arif dan bijaksana
6 Agustus 2019 13:14 WIB
Jenazah KH Maimoen Zubair dimasukkan ke ambulance setelah dikeluarkan dari RS Al Noor, Mekkah, Selasa pagi (6/8/2019) sekitar pukul 7.18 waktu setempat menuju tempat pemandian jenazah dan akan disemayamkan di Kantor Urusan Haji Daker Syisyah, Mekkah. Mbah Moen juga rencananya akan disalatkan di Masjidil Haram kemudian dimakamkan di Kota Mekkah. ANTARA/Hanni Sofia/pri
Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor, Ifan Haryanto mengatakan KH Maimun Zubair sebagai tokoh dan ulama besar yang arif serta bijaksana dapat diterima oleh semua kelompok umat Islam di Indonesia.
"Subhanallah, meskipun saya jauh dan beberapa kali bertemu almarhum, berdialog, beliau alah sosok kyai yang arif dan bijaksana," kata Ifan saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Kepergian almarhum Mbah Moen menjadi kehilangan terbesar sosok ulama yang memberikan suri tauladan kepada siapapun yang mengenalnya.
Baca juga: Ahmad Basarah: KH Maimoen Zubair ulama nasionalis
"Mbah Moen bisa jadi suri tauladan bukan saja bagi warga NU tapi seluruh umat muslim," kata Ifan.
Menurut Ifan, ketokohan Mbah Moen tidak bisa diragukan lagi, sebagai pemersatu umat dan memiliki peran sangat kuat dalam kebangsaan dan keindonesiaan.
Ia juga mengenal sosok almarhum cukup dekat dengan semua kalangan muslim moderat maupun kalangan muslim lainnya.
"Tutur katanya halus, sekeras apapun seorang kelompok muslim yang datang, kelembutan beliau yang melembutkan tokoh muslim itu," kata Ifan.
Baca juga: Prabowo: Mbah Moen sosok menginspirasi
Ulama kharismatik Kiai Haji Maimoen "Mbah Moen" Zubair asal Rembang, Jawa Tengah, wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada pukul 04.17 waktu setempat.
Semetara itu PCNU Kota Bogor menginstruksikan seluruh keluarga besar NU dan warga nahdliyyin untuk melaksanakan Shalat Gaib guna mendoakan almarhum Mbah Moen.
"Saya telah mengeluarkan surat edaran agar seluruh ranting di Kota Bogor menggelar Shalat Gaib dilanjutkan tahlilan," kata Ifan.
Baca juga: Jokowi sebut Indonesia sangat kehilangan sosok KH Maimun Zubair
Mbah Moen adalah ulama yang sangat dihormati, dia merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Selain dikenal sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Mbah Moen juga menjabat Ketua Mejelis Syariah di DPP PPP.
"Subhanallah, meskipun saya jauh dan beberapa kali bertemu almarhum, berdialog, beliau alah sosok kyai yang arif dan bijaksana," kata Ifan saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Kepergian almarhum Mbah Moen menjadi kehilangan terbesar sosok ulama yang memberikan suri tauladan kepada siapapun yang mengenalnya.
Baca juga: Ahmad Basarah: KH Maimoen Zubair ulama nasionalis
"Mbah Moen bisa jadi suri tauladan bukan saja bagi warga NU tapi seluruh umat muslim," kata Ifan.
Menurut Ifan, ketokohan Mbah Moen tidak bisa diragukan lagi, sebagai pemersatu umat dan memiliki peran sangat kuat dalam kebangsaan dan keindonesiaan.
Ia juga mengenal sosok almarhum cukup dekat dengan semua kalangan muslim moderat maupun kalangan muslim lainnya.
"Tutur katanya halus, sekeras apapun seorang kelompok muslim yang datang, kelembutan beliau yang melembutkan tokoh muslim itu," kata Ifan.
Baca juga: Prabowo: Mbah Moen sosok menginspirasi
Ulama kharismatik Kiai Haji Maimoen "Mbah Moen" Zubair asal Rembang, Jawa Tengah, wafat di Mekkah, Arab Saudi, pada pukul 04.17 waktu setempat.
Semetara itu PCNU Kota Bogor menginstruksikan seluruh keluarga besar NU dan warga nahdliyyin untuk melaksanakan Shalat Gaib guna mendoakan almarhum Mbah Moen.
"Saya telah mengeluarkan surat edaran agar seluruh ranting di Kota Bogor menggelar Shalat Gaib dilanjutkan tahlilan," kata Ifan.
Baca juga: Jokowi sebut Indonesia sangat kehilangan sosok KH Maimun Zubair
Mbah Moen adalah ulama yang sangat dihormati, dia merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Selain dikenal sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), Mbah Moen juga menjabat Ketua Mejelis Syariah di DPP PPP.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: