Syahrul Limpo mendorong pembangunan pertanian secara TSM
6 Agustus 2019 06:15 WIB
Arsip - Operator mendemonstrasikan Traktor Siluman di persawahan arena Soropadan Agro Expo (SAE) 2019 di Soropadan, Pringsurat, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (4/7/2019). Traktor siluman karya Wahid Hasyim (34) merupakan pengembangan teknologi di bidang pertanian yang pengoperasiannya menggunakan radio kontrol. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww)
Jakarta (ANTARA) - Mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mendorong agar Pemerintah Indonesia membangun sektor pertanian secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) untuk menjaga ketahanan pangan bagi penduduk negeri ini.
"Istilah TSM itu tidak hanya ada di politik, tapi dalam pembangunan pertanian juga ada istilah TSM," kata Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, Senin, seperti dikutip melalui siaran persnya.
Menurut Syahrul Limpo, pembangunan pertanian secara TSM bukan hanya sebatas gagasan, tapi telah diterapkan ketika dirinya menjadi pemimpin di Sulawesi Selatan.
"Bagi Pemerintah Sulawesi Selatan, tidak ada pilihan lain dalam memajukan sektor pertanian, kecuali melalui cara TSM. Produk pertanian harus dioptimalkan karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan di situlah negara hadir, menjalankan amanah untuk menyejahterakan rakyatnya," katanya lagi.
Syahrul menjelaskan, upaya mendorong sektor pertanian dengan cara TSM, karena Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan harus menggerakkan semua potensi daerah secara berjenjang dengan terstruktur dari pusat hingga ke daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi kesejahteraan.
Karena itu, kata dia, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan paling sering melakukan negosiasi dengan Pemerintah Pusat untuk meminta pembangunan sarana dan prasarana pertanian di daerahnya guna menopang kepentingan nasional.
Baca juga: Sejak 2015 Pemerintah telah bangun irigasi bagi 3,13 juta ha sawah
Menurut Syahrul, untuk menjadikan Sulsel sebagai lumbung beras nasional, dibutuhkan investasi pemerintah dalam bentuk pembangunan bendungan, saluran irigasi, embung, pembenihan, penyediaan pasokan pupuk yang terjamin volumennya dan sebagainya.
"Maka tidak ada cara lain untuk mempercepat Sulsel menjadi lumbung pangan nasional, kecuali melalui pendekatan terstruktur," katanya pula.
Syahrul juga menjelaskan, soal zonasi komoditas pertanian di Sulawesi Selatan untuk pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang secara sistematis, termasuk pembangunan infrastrukturnya.
Pada sisi lain, kata dia, pembangunan sektor pertanian juga harus responsif terhadap kebutuhan pasar untuk jangka menengah dan panjang, sehingga petani juga harus memilih komoditas tertentu yang dibutuhkan pasar.
Program pertanian di Sulawesi Selatan, menurut Syahrul, tidak hanya program pemerintah, tapi juga program yang diturunkan kepada masyarakat menjadi gerakan rakyat yang dilakukan secara masif.
"Komoditasnya meliputi segala jenis tanaman pangan dan hortikultura, komoditas perkebunan, ternak besar, kecil, hingga unggas. Perikanan air tawar, payau, hingga budi daya produk laut, termasuk rumput laut," katanya pula.
(T.R024)
"Istilah TSM itu tidak hanya ada di politik, tapi dalam pembangunan pertanian juga ada istilah TSM," kata Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, Senin, seperti dikutip melalui siaran persnya.
Menurut Syahrul Limpo, pembangunan pertanian secara TSM bukan hanya sebatas gagasan, tapi telah diterapkan ketika dirinya menjadi pemimpin di Sulawesi Selatan.
"Bagi Pemerintah Sulawesi Selatan, tidak ada pilihan lain dalam memajukan sektor pertanian, kecuali melalui cara TSM. Produk pertanian harus dioptimalkan karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan di situlah negara hadir, menjalankan amanah untuk menyejahterakan rakyatnya," katanya lagi.
Syahrul menjelaskan, upaya mendorong sektor pertanian dengan cara TSM, karena Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan harus menggerakkan semua potensi daerah secara berjenjang dengan terstruktur dari pusat hingga ke daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi kesejahteraan.
Karena itu, kata dia, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan paling sering melakukan negosiasi dengan Pemerintah Pusat untuk meminta pembangunan sarana dan prasarana pertanian di daerahnya guna menopang kepentingan nasional.
Baca juga: Sejak 2015 Pemerintah telah bangun irigasi bagi 3,13 juta ha sawah
Menurut Syahrul, untuk menjadikan Sulsel sebagai lumbung beras nasional, dibutuhkan investasi pemerintah dalam bentuk pembangunan bendungan, saluran irigasi, embung, pembenihan, penyediaan pasokan pupuk yang terjamin volumennya dan sebagainya.
"Maka tidak ada cara lain untuk mempercepat Sulsel menjadi lumbung pangan nasional, kecuali melalui pendekatan terstruktur," katanya pula.
Syahrul juga menjelaskan, soal zonasi komoditas pertanian di Sulawesi Selatan untuk pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang secara sistematis, termasuk pembangunan infrastrukturnya.
Pada sisi lain, kata dia, pembangunan sektor pertanian juga harus responsif terhadap kebutuhan pasar untuk jangka menengah dan panjang, sehingga petani juga harus memilih komoditas tertentu yang dibutuhkan pasar.
Program pertanian di Sulawesi Selatan, menurut Syahrul, tidak hanya program pemerintah, tapi juga program yang diturunkan kepada masyarakat menjadi gerakan rakyat yang dilakukan secara masif.
"Komoditasnya meliputi segala jenis tanaman pangan dan hortikultura, komoditas perkebunan, ternak besar, kecil, hingga unggas. Perikanan air tawar, payau, hingga budi daya produk laut, termasuk rumput laut," katanya pula.
(T.R024)
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: