Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Reform Institute, Yudi Latif, menyatakan bangsa Indonesia bukan tidak siap menjalankan reformasi, namun tidak bisa mengelola reformasi secara baik. "Kita tidak bisa mengelola reformasi. Reformasi kita tak konsisten dengan reformasi itu sendiri," katanya, di Jakarta, Kamis. Yudi mengemukakan hal itu ketika diminta tanggapannya soal pernyataan Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono bahwa bangsa Indonesia belum siap menjalankan reformasi, sehingga meski telah sepuluh tahun berjalan belum banyak perubahan berarti. Menurut Yudi, reformasi memiliki sifat bertahap dan dalam kerangka hukum, namun yang terjadi di Indonesia justru terkesan dipaksakan, seperti soal pemilihan kepala daerah secara langsung dan banyaknya pembentukan komisi negara yang justru tumpang tindih dengan lembaga yang sudah ada. "Bukan hanya pemborosan, namun juga tak mendasar. Seharusnya kita bisa membuat prioritas tentang apa yang harus kita kerjakan," katanya. Jadi, lanjut Yudi, persoalannya bukan siap atau tidak menjalankan reformasi, tetapi lebih pada bisa atau tidak mengelola reformasi tersebut. "Kalau harus menunggu siap, proklamasi (kemerdekaan RI) tidak pernah terjadi," ujarnya. Sementara itu, sejarahwan Asvi Warman Adam menyatakan sebenarnya dalam masa sepuluh tahun reformasi sudah banyak perubahan positif, meski belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan. Di beberapa negara, lanjutnya, setidaknya dibutuhkan waktu 20 tahun untuk masa transisi, sementara Indonesia baru berjalan separuhnya. "Nah dalam sepuluh tahun ke depan, pemerintah harus mampu memantapkan dan memastikan arah reformasi agar tidak melenceng," katanya. (*)