Brisbane (ANTARA News) - Kapal latih TNI Angkatan Laut (AL), Arung Samudera, belum bisa meninggalkan pelabuhan Brisbane, Australia, karena masih harus menjalani beberapa pemeriksaan kelayakan berlayar meski kapal tersebut sudah keluar dari dok pada Rabu (16/4). "KRI Arung Samudra masih memerlukan waktu sekitar 10 hingga 20 hari untuk keperluan pengecekan 20 'item' (perangkat) kapal dan tes berlayar sebelum pulang ke Indonesia," kata Atase Laut di KBRI Canberra, Kolonel Laut Eden Gunawan, kepada ANTARA News di Brisbane, Kamis. Menurut Gunawan, harbour trial atau pengujian di pelabuhan sudah dilaksanakan sejak Rabu kemarin untuk mencoba satu per satu perangkat kapal yang diperbaiki. "Ini memerlukan waktu yang cukup lama karena ada 20 `item` yang harus diuji coba," katanya. Masa penyempurnaan ini, menurut dia, memakan waktu yang cukup lama karena dalam sehari para pekerja hanya bisa menguji coba sekitar tiga atau empat perangkat. Ia mengatakan, di antara 20 perangkat di kapal yang harus dicek dan diuji coba secara teliti dan sempurna adalah mesin utama, generator, kemudi, dan radar. "Semua `item` harus dicoba benar-benar sebelum melangkah ke sea trial (uji berlayar)," katanya. Namun, penyelesaian perbaikan KRI Arung Samudera yang ditandai dengan turun dok, menurut Gunawan adalah satu tahap yang patut disyukuri. Untuk itu, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Australia, Angkatan Laut Australia, dan perusahaan yang memperbaiki kapal atas perhatian dan bantuan yang diberikan. "Saya masih akan tetap memantau perkembangan tahap penyempurnaan kapal," kata Eden. Kapal latih KRI Arung Samudera mengalami kerusakan serius akibat dihantam cuaca buruk di perairan Teluk Wide, negara bagian Queensland, pada 23 Agustus 2007. Pada Rabu (16/4) kemarin, alat derek pengangkat kapal berkapasitas sekitar 300 ton memindahkan KRI Arung Samudera ke Sungai Brisbane. Acara turun dok itu juga ditandai dengan penyerahan sebuah lonceng oleh Perwira Angkatan Laut Australia (ARN), Letnan Tonny Masson, kepada Atase Laut KBRI Canberra Kolonel Laut Eden Gunawan yang selanjutnya menyerahkannya ke Komandan KRI Arung Samudera, Mayor Laut (P) Eko Deni Hartono. Dalam acara turun dok yang berlangsung sekitar tiga jam itu, seorang wakil dari "Marine Application", anak perusahaan perbaikan kapal "Viking Industries Limited", juga menyerahkan kenang-kenangan kepada Eden, Eko, dan empat awak KRI Arung Samudera. Kenang-kenangan itu berupa topi bertuliskan "Arung Samudera". Peristiwa turun doknya KRI Arung Samudera itu mendapat peliputan Stasiun Televisi "Saluran Tujuh" dan beberapa media lokal lain yang berbasis di Brisbane. Informasi yang dihimpun ANTARA menyebutkan, perlengkapan-perlengkapan kapal yang sempat rusak dalam musibah Agustus tahun lalu itu diganti dengan yang baru. Beberapa perangkat kapal yang diganti baru itu adalah "centre boat" berbobot 3,5 ton, enam layar, dua mesin, generator, serta baling-baling tiga daun dengan ukuran dan kapasitas yang lebih besar dari sebelumnya. Kapal layar buatan Selandia Baru berbobot 120 ton dengan 18 awak ini masih akan mendapat penyempurnaan, seperti "replanting" (penambalan kembali) bagian-bagian kapal yang berkarat dan penyediaan rantai jangkar sepanjang 200 meter. KRI Arung Samudera rencananya ke Australia untuk ikut menyemarakkan penyelenggaraan KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Sydney pada 8-9 September 2007 lalu bersama enam kapal layar tiang tinggi Australia. Akibat musibah tersebut, KRI Arung Samudera tidak bisa ikut dalam parade kapal layar tiang tinggi di Sydney namun seluruh awaknya tetap ikut menyaksikan parade kapal-kapal layar tiang tinggi Australia yang menjadi bagian dari rangkaian acara APEC 2007. (*)