Banjarmasin (ANTARA News) - Sekitar 70 kapal berbendera asing masih menguasai perairan Kalimantan Selatan (Kalsel), kendati untuk mendapatkan izin pelayaran kin kian sulit. Kepala Administrator Pelabuhan (Adpel) Trisakti Banjarmasin Capt. Sufrisman Djaffar di Banjarmasin, Kamis, mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar 140 kapal, terutama tongkang batu bara yang hilir mudik di Laut Kalsel. Dari 140 kapal tersebut, tambahnya, 50 persennya merupakan kapal yang berbendera asing, terbanyak dari Singapura dan Malaysia. "Kini jumlah kapal yang berbendera asing telah jauh menurun dibanding 2007 lalu, yang mencapai 80 persen," tambahnya. Jumlah tersebut, katanya, akan terus menyusut mengingat hampir setiap bulan selalu ada kapal asing yang mengurus izin untuk berbendera Indonesia. "Minimal dua tiga kapal asing dalam setiap bulannya mengurus surat untuk berganti bendera menjadi bendera Indonesia," katanya. Sebagian besar kapal berbendera asing tersebut melakukan pelayaran dari Banjarmasin, Kotabaru hingga Batulicin untuk angkutan batu bara dengan tujuan berbagai daerah. Menurutnya, pergantian bendera asing menjadi bendera Indonesia terebut, berdasarkan aturan dan kebijakan pusat yang kini mulai membatasi masuknya kapal asing ke Indonesia. Pihak kantor pusat perizinan pengoperasian kapal asing (PPKA) juga mulai mempersulit untuk masuknya kapal asing ke berbagai wilayah Indonesia. Kapal asing kini banyak menguasai perairan di Kalsel, menurutnya, hal itu terjadi karena sebelumnya pengusaha lokal tidak mampu memenuhi tingginya kebutuhan kapal di Kalsel. Hal tersebut, tambahnya, dimanfaatkan pihak pelayaran asing untuk masuk dan mengoperasikan kapalnya di Indonesia umumnya dan di Kalsel khususnya. "Banyaknya kapal asing yang berada di perairan Kalsel tentu saja merugikan pendapatan Indonesia, karena pajak dan lainnya masuk ke negara masing-masing asal kapal," katanya. Kapal Keruk Sementara itu hingga kini rencana pengerukan alur barito belum bisa direalisasikan, karena kapal keruk dari Belanda yang hingga kini belum juga datang. Diperkirakannya, kedatangan ketiga kapal keruk yang dijadwalkan datang pertengahan April ini akan molor hingga awal Mei. "Secara pasti saya tidak tahu kenapa kapal keruk belum datang, kemungkinan awal Mei," tambahnya. Sementara itu, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Adpel, kondisi minimal air surut di alur Barito hingga kini masih 3,3 meter. Kondisi tersebut, tambahnya, belum terlalu mempengaruhi arus transportasi laut di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. "Kapal yang masuk maupun keluar masih normal, belum ada kendala berarti," demikian Sufrisman Djaffar. (*)