Bank sentral: China yakin menjaga yuan stabil
5 Agustus 2019 18:28 WIB
Foto yang diambil pada 13 Maret 2018 menunjukkan kantor pusat bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) di Beijing. (Xinhua/Cai Yang)
Beijing (ANTARA) - Bank sentral China menegaskan kembali pada Senin bahwa bank tersebut yakin akan kemampuannya menjaga nilai tukar yuan pada dasarnya tetap stabil.
People's Bank of China (PBOC) mengaitkan pelemahan mata uang di atas 7,0 yuan per dolar AS pada Senin dengan faktor-faktor termasuk tindakan sepihak dan proteksionis, serta ekspektasi tarif tambahan untuk barang-barang China.
Meskipun melemah baru-baru ini, yuan telah menguat 20 persen terhadap dolar AS selama dua dekade terakhir, yang terkuat di antara mata uang utama di dunia, PBOC mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Yuan pada dasarnya tetap stabil dan kuat terhadap sekeranjang mata uang, dengan indeks komposit nilai tukar yuan Sistem Perdagangan Valuta Asing China naik 0,3 persen sejak awal tahun.
Meskipun tingkat paritas tengah yuan telah melemah sekitar 0,53 persen terhadap dolar AS tahun ini pada Jumat (2/8), penyusutannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan won Korea, peso Argentina dan lira Turki.
"PBOC memiliki pengalaman, kepercayaan dan kemampuan yang diperlukan untuk menjaga nilai tukar yuan pada dasarnya stabil pada tingkat yang wajar dan seimbang," kata pernyataan itu.
Nilai tukar yuan ditentukan oleh fundamental ekonomi jangka panjang, meskipun dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan pasar serta pergerakan dolar AS dalam jangka pendek.
Dari perspektif makro, nilai tukar yuan didukung oleh fundamental negara yang sehat, ketahanan ekonomi yang kuat, posisi fiskal yang stabil, risiko keuangan yang terkendali, pergerakan modal lintas batas yang seimbang, dan cadangan devisa yang mencukupi.
Bank sentral mengatakan China kemungkinan akan menjadi titik panas bagi modal global, karena negara itu adalah satu-satunya ekonomi utama yang menjaga kebijakan moneter normal sementara banyak negara maju telah melonggarkan kebijakan moneter mereka.
Bank telah mengumpulkan banyak pengalaman dan alat kebijakan dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar, dan akan terus berinovasi dan meningkatkan perangkatnya, menindak spekulasi jangka pendek dan menstabilkan ekspektasi pasar di masa depan, menurut pernyataan tersebut.
Baca juga: Renminbi diprediksi makin populer dalam perdagangan Indonesia-China
Baca juga: Perang tarif dengan AS, seret yuan ke posisi terlemah sejak Desember
People's Bank of China (PBOC) mengaitkan pelemahan mata uang di atas 7,0 yuan per dolar AS pada Senin dengan faktor-faktor termasuk tindakan sepihak dan proteksionis, serta ekspektasi tarif tambahan untuk barang-barang China.
Meskipun melemah baru-baru ini, yuan telah menguat 20 persen terhadap dolar AS selama dua dekade terakhir, yang terkuat di antara mata uang utama di dunia, PBOC mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Yuan pada dasarnya tetap stabil dan kuat terhadap sekeranjang mata uang, dengan indeks komposit nilai tukar yuan Sistem Perdagangan Valuta Asing China naik 0,3 persen sejak awal tahun.
Meskipun tingkat paritas tengah yuan telah melemah sekitar 0,53 persen terhadap dolar AS tahun ini pada Jumat (2/8), penyusutannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan won Korea, peso Argentina dan lira Turki.
"PBOC memiliki pengalaman, kepercayaan dan kemampuan yang diperlukan untuk menjaga nilai tukar yuan pada dasarnya stabil pada tingkat yang wajar dan seimbang," kata pernyataan itu.
Nilai tukar yuan ditentukan oleh fundamental ekonomi jangka panjang, meskipun dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan pasar serta pergerakan dolar AS dalam jangka pendek.
Dari perspektif makro, nilai tukar yuan didukung oleh fundamental negara yang sehat, ketahanan ekonomi yang kuat, posisi fiskal yang stabil, risiko keuangan yang terkendali, pergerakan modal lintas batas yang seimbang, dan cadangan devisa yang mencukupi.
Bank sentral mengatakan China kemungkinan akan menjadi titik panas bagi modal global, karena negara itu adalah satu-satunya ekonomi utama yang menjaga kebijakan moneter normal sementara banyak negara maju telah melonggarkan kebijakan moneter mereka.
Bank telah mengumpulkan banyak pengalaman dan alat kebijakan dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar, dan akan terus berinovasi dan meningkatkan perangkatnya, menindak spekulasi jangka pendek dan menstabilkan ekspektasi pasar di masa depan, menurut pernyataan tersebut.
Baca juga: Renminbi diprediksi makin populer dalam perdagangan Indonesia-China
Baca juga: Perang tarif dengan AS, seret yuan ke posisi terlemah sejak Desember
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: