Jakarta (ANTARA) - Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan lebih baik memaksimalkan Intermediate Treatment Facility (ITF) daripada penambahan perluasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang maupun TPST alternatif di Jakarta
"Fokus kami saat ini ke Intermediate Treatment Facility dan Dinas Lingkungan Hidup tidak membayangkan akan adanya penambahan perluasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang atau Tempat Pembuangan Akhir di tempat lain, karena bagi kami cukuplah akan sama saja, tidak akan mengatasi masalah sampah," kata Asep Kuwanto saat dihubungi, di Jakarta, Senin.
Menurut Asep, saat ini lahan di Bantar Gebang dengan luas 110 hektare sudah penuh dengan sampah.
Baca juga: Sunter Agung siapkan 56 gerobak siasati pembangunan ITF
Ia menjelaskan, jika ada rencana untuk perluasan atau membangun TPST alternatif di wilayah Jakarta bukan solusi untuk mengatasi permasalahan sampah di Jakarta.
"Saat ini Bantar Gebang sudah penuh, mau nyari lahan di sini nggak gampang, misalkan ada lahan 50 hektare untuk lahan alternatif maupun perluasan Bantar Gebang, jika polanya masih TPST dan TPA, dua tiga tahun ke depan akan penuh, sementara harga tanah terus naik, bukan solusi yang baik kalau menurut saya," kata Asep lagi.
Baca juga: Jakarta Propertindo sebut pemilahan sampah jadi kunci ITF optimal
Asep menjelaskan, ITF Sunter dapat mengolah 2.200 ton sampah per hari atau seperempat produksi sampah yang ada di Jakarta.
Menurut Asep, keberadaan ITF Sunter mampu mengurangi beban TPST Bantargebang yang selama ini menampung seluruh sampah dari DKI Jakarta.
"Kami fokus ke ITF Sunter, di lahan kecil tapi bisa mereduksi sampah hingga 2.200 ton per hari, sedangkan Bantar Gebang 110 hektare, mungkin 20-30 tahun lagi sudah selesai," kata Asep pula.
DLH DKI: ITF solusi permasalahan sampah Jakarta
5 Agustus 2019 17:40 WIB
Kepala Unit Tempat Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto. (ANTARA/Galih Pradipta)
Pewarta: Galih Pradipta
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: