Jakarta (ANTARA) - Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey mengatakan potensi kerugian material anggota Aprindo akibat listrik yang padam sejak Minggu (4/8) ditaksir lebih dari Rp200 miliar pada 82 pusat perbelanjaan dan 2.500 lebih toko ritel modern swa kelola di Jakarta.

“Potensi kehilangan penjualan terlihat betul, karena masyarakat akhirnya enggan atau membatalkan keinginan berbelanja mereka,” kata Roy dihubungi di Jakarta, Senin.

Roy menyampaikan PLN seyogyanya memberi pengumuman terlebih dahulu kepada pelaku usaha agar bisa mempersiapkan cara agar tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen.

Menurutnya, kenyamanan masyarakat juga terganggu karena fasilitas yang seharusnya mereka dapatkan tidak bisa berfungsi normal, seperti jaringan pembayaran elektronik, kualitas produk yang bisa menurun, dan sebagainya.

Terutama pada hari Minggu, di mana banyak masyarakat justru menghabiskan waktu luangnya di gerai ritel modern atau pusat perbelanjaan.

Roy menambahkan, biaya operasional juga ikut membengkak, karena beberapa gerai menggunakan genset diesel agar tetap bisa melayani masyarakat.

“Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional, dan itu seharusnya tidak perlu kami keluarkan” lanjutnya.

Roy mengatakan bahwa PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang mensuplai listrik seharusnya bisa bertindak lebih cepat dan tanggap apabila ada gangguan gardu listrik, seperti yang diberitakan.

“Kami setuju bahwa seharusnya PLN mempunyai sistem mumpuni untuk mengantisipasi masalah semacam ini, back-up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana” terangnya.

Baca juga: Kecewa listrik padam, Presiden: Itu artinya tidak dikalkulasi

Baca juga: Kompensasi dampak listrik padam, KRL "refund" tiket hingga 11 Agustus

Baca juga: Siap-siap, PLN akan berikan kompensasi bagi pelanggan