BMKG: Waspadai gelombang di Malut yang mencapai 4 meter
5 Agustus 2019 13:59 WIB
Sejumlah penumpang yang berada di Pelabuhan Armada Semut Mangga Dua tidak bisa menyeberang menggunakan kapal cepat atau speedboat, karena cuaca ekstrem yang melanda perairan itu. (ANTARA/Abdul Fatah)
Ternate (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Babullah Ternate, Maluku Utara, mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai cuaca ekstrem yang disertai gelombang tinggi mencapai 4 meter di perairan Malut.
"Gelombang tinggi disertai angin kencang melanda perairan terutama di Pulau Halmahera, sehingga kapal berukuran kecil diimbau untuk tidak melintasi perairan tersebut," kata Petugas Prakirawan Cuaca Kepala BMKG Kelas I Babullah Ternate, Justia PD Gelensong kepada Antara di Ternate, Senin.
Bahkan, menurut Justia, kondisi cuaca secara umum di Malut sangat membahayakan pelayaran terutama menggunakan kapal berukuran kecil.
"Saat ini gelombang mencapai 4 meter berpotensi terjadi di laut Halmahera dan perairan utara Pulau Halmahera, sedangkan gelombang dengan tinggi 1,25-2,5 meter melanda perairan barat dan timur Pulau Halmahera," kata Justia.
Menurut dia, Perairan Malut secara umum yang terjadi saat ini adalah arah angin yang bertiup dengan kecepatan mencapai 40 km per jam dan mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi.
Selain itu, kata Justia, terdapat belokan udara di wilayah Malut, dimana kondisi cuaca umumnya cerah berawan dengan potensi hujan sedang pada siang maupun malam hari.
Bahkan, untuk suhu udara berada di kisaran antara 23-33 derajat celsius dengan kelembaban udara berkisar antara 60-100 persen dan angin umumnya bertiup dari arah tenggara-barat daya dengan kecepatan berkisar antara 5-40 Km per jam.
Akibat gelombang tinggi disertai angin kencang, mengakibatkan sejumlah kapal tidak bisa bersandar di pelabuhan.
Sementara itu, akibat gelombang tinggi disertai angin kencang, mengakibatkan sejumlah pegawai negeri sipil yang berdomisili di Ternate enggan ke Sofifi Pulau Halmahera maupun Jailolo, Halmahera Barat.
Seorang PNS di Pemprov Malut, Nona Nurmidin ketika dihubungi di Pelabuhan Armada Semut Mangga Dua, mengaku terpaksa tidak masuk kantor karena selama tiga hari terakhir cuaca di perairan Halmahera sangat buruk, sehingga dirinya enggan untuk menyeberang ke Sofifi untuk bekerja.
Bahkan, sebagian besar PNS yang bekerja di Pemprov Malut maupun Pemkab Halmahera Barat yang masih berdomisili di Kota Ternate, memilih untuk membolos, karena khawatir akan cuaca buruk dalam tiga hari terakhir. Apalagi, para PNS yang ingin ke Sofifi harus menggunakan kapal cepat berukuran kecil yang lebih rawan jika menghadapi gelombang tinggi.
Waktu tempuh dari Ternate ke Sofifi dengan menggunakan kapal cepat sekitar 35 menit, sedangkan dari Ternate ke Jailolo Kabupaten Halmahera Barat mencapai 1 jam.
Baca juga: Badai tropis Lekima sebabkan gelombang tinggi di perairan Indonesia
Baca juga: Gelombang tinggi membayangi perairan Maluku
Baca juga: Nelayan Bintan tak bisa melaut akibat gelombang tinggi
"Gelombang tinggi disertai angin kencang melanda perairan terutama di Pulau Halmahera, sehingga kapal berukuran kecil diimbau untuk tidak melintasi perairan tersebut," kata Petugas Prakirawan Cuaca Kepala BMKG Kelas I Babullah Ternate, Justia PD Gelensong kepada Antara di Ternate, Senin.
Bahkan, menurut Justia, kondisi cuaca secara umum di Malut sangat membahayakan pelayaran terutama menggunakan kapal berukuran kecil.
"Saat ini gelombang mencapai 4 meter berpotensi terjadi di laut Halmahera dan perairan utara Pulau Halmahera, sedangkan gelombang dengan tinggi 1,25-2,5 meter melanda perairan barat dan timur Pulau Halmahera," kata Justia.
Menurut dia, Perairan Malut secara umum yang terjadi saat ini adalah arah angin yang bertiup dengan kecepatan mencapai 40 km per jam dan mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi.
Selain itu, kata Justia, terdapat belokan udara di wilayah Malut, dimana kondisi cuaca umumnya cerah berawan dengan potensi hujan sedang pada siang maupun malam hari.
Bahkan, untuk suhu udara berada di kisaran antara 23-33 derajat celsius dengan kelembaban udara berkisar antara 60-100 persen dan angin umumnya bertiup dari arah tenggara-barat daya dengan kecepatan berkisar antara 5-40 Km per jam.
Akibat gelombang tinggi disertai angin kencang, mengakibatkan sejumlah kapal tidak bisa bersandar di pelabuhan.
Sementara itu, akibat gelombang tinggi disertai angin kencang, mengakibatkan sejumlah pegawai negeri sipil yang berdomisili di Ternate enggan ke Sofifi Pulau Halmahera maupun Jailolo, Halmahera Barat.
Seorang PNS di Pemprov Malut, Nona Nurmidin ketika dihubungi di Pelabuhan Armada Semut Mangga Dua, mengaku terpaksa tidak masuk kantor karena selama tiga hari terakhir cuaca di perairan Halmahera sangat buruk, sehingga dirinya enggan untuk menyeberang ke Sofifi untuk bekerja.
Bahkan, sebagian besar PNS yang bekerja di Pemprov Malut maupun Pemkab Halmahera Barat yang masih berdomisili di Kota Ternate, memilih untuk membolos, karena khawatir akan cuaca buruk dalam tiga hari terakhir. Apalagi, para PNS yang ingin ke Sofifi harus menggunakan kapal cepat berukuran kecil yang lebih rawan jika menghadapi gelombang tinggi.
Waktu tempuh dari Ternate ke Sofifi dengan menggunakan kapal cepat sekitar 35 menit, sedangkan dari Ternate ke Jailolo Kabupaten Halmahera Barat mencapai 1 jam.
Baca juga: Badai tropis Lekima sebabkan gelombang tinggi di perairan Indonesia
Baca juga: Gelombang tinggi membayangi perairan Maluku
Baca juga: Nelayan Bintan tak bisa melaut akibat gelombang tinggi
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: