"Java Coffee Festival" hadir di pergelaran DCF X
3 Agustus 2019 18:18 WIB
Salah satu stan peserta kegiatan Java Coffee Festival yang menjadi rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) X di Lapangan Pandawa, Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (3/8/2019). (Foto: Dok. Dinkominfo Banjarnegara)
Banjarnegara (ANTARA) - Java Coffee Festival (Festival Kopi Jawa) hadir di pergelaran Dieng Culture Festival (DCF) X yang diselenggarakan di Lapangan Pandawa, Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 2-4 Agustus 2019.
Festival yang melibatkan pelaku kopi dari hulu ke hilir, baik petani, pengolah kopi, barista, dan pengusaha kedai kopi dari berbagai wilayah di Pulau Jawa serta didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto itu dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Banjarnegara Indarto pada hari kedua pergelaran DCF X, Sabtu.
"Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung, memajukan, dan mengenalkan kopi khas Banjarnegara, yaitu robusta dan arabika," kata Sekda Banjarnegara Indarto saat membuka kegiatan Java Coffee Festival.
Ia mengatakan kegiatan tersebut juga ditujukan untuk mengajak masyarakat agar ikut sertavmelestarikan kopi nusantara demi meningkatkan perekonomian dan menambah daya tarik wisata.
Menurut dia, ada hal menarik dari fenomena kopi di era milenial sekarang karena penikmat kopi bukan hanya terbatas pada kaum adam, namun banyak juga kaum hawa yang menjadi penikmat kopi.
"Kopi sekarang ini tidak lagi mencitrakan hanya untuk laki-laki dan berusia dewasa karena penikmat kopi di era sekarang ini, malah banyak dari generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan, di era industri kopi ini justru mereka menjadi tulang punggung perkembangan industri kreatif ini," katanya.
Sementara itu, Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini mengatakan pihaknya tertarik mengembangkan industri kopi namun dengan syarat, yakni harus dilakukan dari hulu ke hilir termasuk pemasarannya.
Menurut dia, hal itu dilakukan agar petani mendapatkan hasil yang layak dalam proses pengembangan industri kopi.
"Pola seperti inilah yang selama ini kami kembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Bantuan yang diberikan dari mulai bibit, pelatihan barista, pengelolaan pascapanen, hingga membantu pemasaran kopi," katanya.
Terkait dengan kegiatan Java Coffee Festival, Koordinator Panitia DCF X yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Dieng Pandawa" Alif Faozi mengatakan festival kopi tersebut merupakan menu baru dalam pergelaran DCF.
Menurut dia, pilihan pada kopi disebabkan industri kreatif tersebut memiliki masa depan yang baik mengingat kuliner menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa dalam dunia pariwisata.
"Kuliner membedakan dari cindera mata yang wujudnya tahan lama, sebab orang beli cendera mata untuk disimpan dalam jangka panjang. Namun di bidang kuliner transaksinya akan lebih sering, sebab dikonsumsi sehingga perputaran ekonominya lebih cepat dan dampaknya lebih terasa di masyarakat," katanya.
Kegiatan Java Coffee Festival tersebut juga diisi dengan diskusi tentang kopi dengan menghadirkan sejumlah pembicara, salah satunya Muhammad Aga yang merupakan Juara Barista Indonesia Tahun 2018.
Dalam kesempatan tersebut, Aga mengapresiasi gagasan panitia karena kegiatan festival kopi yang digelar di Dieng merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia sehingga diharapkan dapat kembali hadir pada pergelaran DCF tahun berikutnya.
"Biasanya festival kopi digelar di gedung-gedung, namun ini di daerah dingin dan lapangan rumput. Ini yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia," tegasnya.
Baca juga: BBRSPDI Temanggung rancang kurikulum edukasi kopi penyandang disabilitas
Baca juga: Penginapan di sekitar Dieng ludes dipesan wisatawan jelang Festival Dieng
Festival yang melibatkan pelaku kopi dari hulu ke hilir, baik petani, pengolah kopi, barista, dan pengusaha kedai kopi dari berbagai wilayah di Pulau Jawa serta didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto itu dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Banjarnegara Indarto pada hari kedua pergelaran DCF X, Sabtu.
"Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung, memajukan, dan mengenalkan kopi khas Banjarnegara, yaitu robusta dan arabika," kata Sekda Banjarnegara Indarto saat membuka kegiatan Java Coffee Festival.
Ia mengatakan kegiatan tersebut juga ditujukan untuk mengajak masyarakat agar ikut sertavmelestarikan kopi nusantara demi meningkatkan perekonomian dan menambah daya tarik wisata.
Menurut dia, ada hal menarik dari fenomena kopi di era milenial sekarang karena penikmat kopi bukan hanya terbatas pada kaum adam, namun banyak juga kaum hawa yang menjadi penikmat kopi.
"Kopi sekarang ini tidak lagi mencitrakan hanya untuk laki-laki dan berusia dewasa karena penikmat kopi di era sekarang ini, malah banyak dari generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan, di era industri kopi ini justru mereka menjadi tulang punggung perkembangan industri kreatif ini," katanya.
Sementara itu, Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini mengatakan pihaknya tertarik mengembangkan industri kopi namun dengan syarat, yakni harus dilakukan dari hulu ke hilir termasuk pemasarannya.
Menurut dia, hal itu dilakukan agar petani mendapatkan hasil yang layak dalam proses pengembangan industri kopi.
"Pola seperti inilah yang selama ini kami kembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Bantuan yang diberikan dari mulai bibit, pelatihan barista, pengelolaan pascapanen, hingga membantu pemasaran kopi," katanya.
Terkait dengan kegiatan Java Coffee Festival, Koordinator Panitia DCF X yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Dieng Pandawa" Alif Faozi mengatakan festival kopi tersebut merupakan menu baru dalam pergelaran DCF.
Menurut dia, pilihan pada kopi disebabkan industri kreatif tersebut memiliki masa depan yang baik mengingat kuliner menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa dalam dunia pariwisata.
"Kuliner membedakan dari cindera mata yang wujudnya tahan lama, sebab orang beli cendera mata untuk disimpan dalam jangka panjang. Namun di bidang kuliner transaksinya akan lebih sering, sebab dikonsumsi sehingga perputaran ekonominya lebih cepat dan dampaknya lebih terasa di masyarakat," katanya.
Kegiatan Java Coffee Festival tersebut juga diisi dengan diskusi tentang kopi dengan menghadirkan sejumlah pembicara, salah satunya Muhammad Aga yang merupakan Juara Barista Indonesia Tahun 2018.
Dalam kesempatan tersebut, Aga mengapresiasi gagasan panitia karena kegiatan festival kopi yang digelar di Dieng merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia sehingga diharapkan dapat kembali hadir pada pergelaran DCF tahun berikutnya.
"Biasanya festival kopi digelar di gedung-gedung, namun ini di daerah dingin dan lapangan rumput. Ini yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia," tegasnya.
Baca juga: BBRSPDI Temanggung rancang kurikulum edukasi kopi penyandang disabilitas
Baca juga: Penginapan di sekitar Dieng ludes dipesan wisatawan jelang Festival Dieng
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: