Artikel
Keberhasilan Sungai Tohor dan karhutla Riau
Oleh Anggi Romadhoni
2 Agustus 2019 18:31 WIB
Gubernur Riau Syamsuar (tengah) didampingi Kepala BNPB Doni Munardo dan Kepala BRG Nazir Foead saat berada di Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Jumat (2/7/2019). (Foto Antaranews/Anggi Romadhoni/19)
Kep Meranti (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pemerintah akan membentuk tim khusus melibatkan pemerintah daerah, kementerian pertanian, kementerian lingkungan hidup dan kehutanan serta Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk mengadaptasikan keberhasilan Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Munardo di Sungai Tohor, Jumat, Sungai Tohor merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pada 2014 silam, salah satu desa di Kecamatan Tebing Tinggi Timur itu mengalami kebakaran parah. Namun, lima tahun terakhir kebakaran berhasil diatasi berkat upaya restorasi gambut yang dilakukan BRG.
"Capaian ini sekarang kita sebarluaskan ke daerah lainnya. Nanti kita akan buat tim bersama Pempov, BRG, KLHK, dan kementerian pertanian agar paket ini bisa diperbanyak ke daerah lain," katanya.
Kepala BNPB Doni bersama Kepala BRG Nazir Foead serta Gubernur Riau Syamsuar mengunjungi Sungai Tohor usai menggelar rapat evaluasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Pekanbaru hari ini.
Dalam kunjungannya, Doni serta rombongan menyaksikan keberadaan sekat kanal, yang diinisiasi Presiden Joko Widodo November 2014 silam. Doni mengatakan keberadaan sekat kanal telah membantu mencegah Karhutla di Sungai Tohor.
Masyarakat telah mengubah pola yang sebelumnya membakar lahan saat membuka lahan dengan cara mekanisasi pertanian yang baik. Keberadaan sekat kanal juga membantu lahan gambut Sungai Tohor tetap basah meski tiga bulan tidak diguyur hujan.
"Pemerintah Pusat dengan BRG telah membangun sekat kanal. Air terjaga sepanjang waktu. Sudah tiga bulan tidak ada hujan tapi kelembaban tetap terjaga," ujarnya.
Hasilnya, masyarakat Sungai Tohor yang mayoritas petani sagu dengan rata-rata memiliki lahan seluas dua hektare mampu meningkatkan hasil pertanian dengan maksimal.
Dia menggambarkan, setiap masyarakat yang memiliki satu hektare lahan mampu meraup penghasilan kotor hingga Rp50 juta setiap tahun dari hasil panen tual sagu.
"Kami ke sini untuk menyaksikan perubahan. Perubahan yang terjadi dulu masyarakat sering membakar untuk lahan pertanian, sekarang tanpa bakar mereka dapat penghasilan jauh lebih baik," katanya.
Kepala BRG Nazir Foead mengakui bahwa program restorasi gambut yang diawali dengan pendirian sekat kanal di Sungai Tohor berjalan dengan baik. Kelembaban tanah terjaga serta sagu masyarakat yang sebelumnya terbakar tumbuh dengan subur.
"Program ini akan terus kita perluas dan membantu masyarakat dengan budidaya perikanan dan pertanian," kata Nazir.
Camat Tebing Tinggi Timur, Rayan Pribadi mengakui wilayahnya kini menjadi lebih baik. Sebanyak 13.353 jiwa yang mendiami kecamatan yang berada di bibir Selat Malaka itu memiliki pendapatan lebih baik.
Dia mengakui saat ini terdapat 16 pabrik sagu yang menghasilkan beragam produk mulai dari mie, gula sagu, kerupuk dan yang utama tepung sagu.
"Untuk tepung sagu basah kita berhasil ekspor ke Malaysia dengan rata-rata volume ekspor hingga 700 ton tiap bulan," katanya.
Hingga Juli ini, sebagian besar wilayah Riau masih mengalami kebakaran. Namun, pola kebakaran berubah dari wilayah pesisir ke daratan. Hingga Juli 2019 ini, tercatat lebih dari 4.000 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah yang terluas mengalami Karhutla dengan luas mencapai 1.500 hektare.
Akan tetapi angka yang dirilis BPBD Riau itu berpotensi lebih besar setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan luas kebakaran di Riau sepanjang 2019 ini mencapai lebih dari 27.000 hektare lebih.
Dalam sepekan terakhir, kebakaran lahan yang terjadi di sejumlah kabupaten di Riau menyebabkan sebagian provinsi Riau diselimuti kabut asap. Di Pekanbaru, kabut asap berlangsung selama lima hari terakhir dengan jarak pandang berkisar tiga kilometer.
20 tersangka
Kepolisian Daerah Riau menyatakan sudah menetapkan 20 orang tersangka pembakar lahan gambut yang mengakibatkan Provinsi Riau terus dilanda kebakaran hutan dan lahan.
Direktur Kriminal Khusus Polda Riau Kombes Gideon Arif Setiawan, pada rapat evaluasi penanganan karhutla Riau, di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat, menjelaskan dari 20 kasus tersebut sudah 12 kasus yang masuk tahap dua, berarti tersangka beserta barang bukti sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk dibawa ke pengadilan, sedangkan tujuh kasus lainnya masih penyidikan dan satu kasus masih tahap satu.
"Kalau (pelaku) tertangkap tangan gampang penanganannya, tidak ada penangguhan tahanan dan tak ada toleransi," katanya.
Selama ini jajaran Polda Riau menjadi bagian dari penegakan hukum pada Satgas Karhutla Riau. Berdasarkan data Ditreskrimsus Polda Riau, dari 20 kasus tersebut total sudah mengakibatkan kebakaran lahan seluas sekitar 204 hektare. Seluruh tersangka adalah perseorangan, belum ada dari korporasi.
Tersangka pembakar lahan paling banyak ditangani oleh Polres Dumai, yakni lima orang. Kemudian di Polres Bengkalis ada tiga tersangka, Polres Rohil tiga tersangka, Polres Pelalawan, Polres Inhu dan Polres Meranti masing-masing menangani dua tersangka, dan Polres Kuansing, Polres Inhil dan Polresta Pekanbaru masing-masing menangani satu tersangka.
Ia menambahkan, sedang menindaklanjuti laporan Satgas Karhutla Riau perihal lima perusahaan yang diduga terdapat titik api kebakaran. Ditreskrimsus Polda Riau akan segera melakukan pengecekan tempat kejadian perkara.
Satgas Udara Karhutla Provinsi Riau sebelumnya mengeluarkan daftar lima perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri dalam wilayah sekitar areal konsesinya ditemukan titik-titik api.
Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb Jajang Setiawan mengatakan titik-titik api tersebut ditemukan setelah Satgas Karhutla Riau melakukan patroli dan pemetaan di sejumlah lokasi kebakaran. Hasilnya, ditemukan kebakaran di sekitar areal konsesi perusahaan yang berada pada radius kurang dari lima kilometer.
Lima perusahaan yang tercatat mengalami kebakaran di luar areal konsesi dengan radius kurang dari lima kilometer tersebut adalah PT Priatama Rupat (Surya Dumai Group), PT Jatim Jaya Perkasa Teluk Bano II, PT Wahana Sawit Subur Indah Siak, PT Seraya Sumber Lestari Siak, dan PT Langgam Inti Hibrindo, Pelalawan.
Riau sudah berstatus siaga darurat karhutla sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019. Kebakaran lahan gambut kini terus meluas mengakibatkan kabut asap di tiga daerah, yakni Kabupaten Pelalawan, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru. Bahkan, asap atau jerebu juga berpotensi terbawa angin hingga ke Malaysia dan Singapura.*
Baca juga: Kepala BNPB "sentil" kepala daerah Riau agar serius tangani Karhutla
Baca juga: BMKG: asap karhutla Riau belum sampai ke Singapura dan Malaysia
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Munardo di Sungai Tohor, Jumat, Sungai Tohor merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Pada 2014 silam, salah satu desa di Kecamatan Tebing Tinggi Timur itu mengalami kebakaran parah. Namun, lima tahun terakhir kebakaran berhasil diatasi berkat upaya restorasi gambut yang dilakukan BRG.
"Capaian ini sekarang kita sebarluaskan ke daerah lainnya. Nanti kita akan buat tim bersama Pempov, BRG, KLHK, dan kementerian pertanian agar paket ini bisa diperbanyak ke daerah lain," katanya.
Kepala BNPB Doni bersama Kepala BRG Nazir Foead serta Gubernur Riau Syamsuar mengunjungi Sungai Tohor usai menggelar rapat evaluasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Pekanbaru hari ini.
Dalam kunjungannya, Doni serta rombongan menyaksikan keberadaan sekat kanal, yang diinisiasi Presiden Joko Widodo November 2014 silam. Doni mengatakan keberadaan sekat kanal telah membantu mencegah Karhutla di Sungai Tohor.
Masyarakat telah mengubah pola yang sebelumnya membakar lahan saat membuka lahan dengan cara mekanisasi pertanian yang baik. Keberadaan sekat kanal juga membantu lahan gambut Sungai Tohor tetap basah meski tiga bulan tidak diguyur hujan.
"Pemerintah Pusat dengan BRG telah membangun sekat kanal. Air terjaga sepanjang waktu. Sudah tiga bulan tidak ada hujan tapi kelembaban tetap terjaga," ujarnya.
Hasilnya, masyarakat Sungai Tohor yang mayoritas petani sagu dengan rata-rata memiliki lahan seluas dua hektare mampu meningkatkan hasil pertanian dengan maksimal.
Dia menggambarkan, setiap masyarakat yang memiliki satu hektare lahan mampu meraup penghasilan kotor hingga Rp50 juta setiap tahun dari hasil panen tual sagu.
"Kami ke sini untuk menyaksikan perubahan. Perubahan yang terjadi dulu masyarakat sering membakar untuk lahan pertanian, sekarang tanpa bakar mereka dapat penghasilan jauh lebih baik," katanya.
Kepala BRG Nazir Foead mengakui bahwa program restorasi gambut yang diawali dengan pendirian sekat kanal di Sungai Tohor berjalan dengan baik. Kelembaban tanah terjaga serta sagu masyarakat yang sebelumnya terbakar tumbuh dengan subur.
"Program ini akan terus kita perluas dan membantu masyarakat dengan budidaya perikanan dan pertanian," kata Nazir.
Camat Tebing Tinggi Timur, Rayan Pribadi mengakui wilayahnya kini menjadi lebih baik. Sebanyak 13.353 jiwa yang mendiami kecamatan yang berada di bibir Selat Malaka itu memiliki pendapatan lebih baik.
Dia mengakui saat ini terdapat 16 pabrik sagu yang menghasilkan beragam produk mulai dari mie, gula sagu, kerupuk dan yang utama tepung sagu.
"Untuk tepung sagu basah kita berhasil ekspor ke Malaysia dengan rata-rata volume ekspor hingga 700 ton tiap bulan," katanya.
Hingga Juli ini, sebagian besar wilayah Riau masih mengalami kebakaran. Namun, pola kebakaran berubah dari wilayah pesisir ke daratan. Hingga Juli 2019 ini, tercatat lebih dari 4.000 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah yang terluas mengalami Karhutla dengan luas mencapai 1.500 hektare.
Akan tetapi angka yang dirilis BPBD Riau itu berpotensi lebih besar setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan luas kebakaran di Riau sepanjang 2019 ini mencapai lebih dari 27.000 hektare lebih.
Dalam sepekan terakhir, kebakaran lahan yang terjadi di sejumlah kabupaten di Riau menyebabkan sebagian provinsi Riau diselimuti kabut asap. Di Pekanbaru, kabut asap berlangsung selama lima hari terakhir dengan jarak pandang berkisar tiga kilometer.
20 tersangka
Kepolisian Daerah Riau menyatakan sudah menetapkan 20 orang tersangka pembakar lahan gambut yang mengakibatkan Provinsi Riau terus dilanda kebakaran hutan dan lahan.
Direktur Kriminal Khusus Polda Riau Kombes Gideon Arif Setiawan, pada rapat evaluasi penanganan karhutla Riau, di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat, menjelaskan dari 20 kasus tersebut sudah 12 kasus yang masuk tahap dua, berarti tersangka beserta barang bukti sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk dibawa ke pengadilan, sedangkan tujuh kasus lainnya masih penyidikan dan satu kasus masih tahap satu.
"Kalau (pelaku) tertangkap tangan gampang penanganannya, tidak ada penangguhan tahanan dan tak ada toleransi," katanya.
Selama ini jajaran Polda Riau menjadi bagian dari penegakan hukum pada Satgas Karhutla Riau. Berdasarkan data Ditreskrimsus Polda Riau, dari 20 kasus tersebut total sudah mengakibatkan kebakaran lahan seluas sekitar 204 hektare. Seluruh tersangka adalah perseorangan, belum ada dari korporasi.
Tersangka pembakar lahan paling banyak ditangani oleh Polres Dumai, yakni lima orang. Kemudian di Polres Bengkalis ada tiga tersangka, Polres Rohil tiga tersangka, Polres Pelalawan, Polres Inhu dan Polres Meranti masing-masing menangani dua tersangka, dan Polres Kuansing, Polres Inhil dan Polresta Pekanbaru masing-masing menangani satu tersangka.
Ia menambahkan, sedang menindaklanjuti laporan Satgas Karhutla Riau perihal lima perusahaan yang diduga terdapat titik api kebakaran. Ditreskrimsus Polda Riau akan segera melakukan pengecekan tempat kejadian perkara.
Satgas Udara Karhutla Provinsi Riau sebelumnya mengeluarkan daftar lima perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri dalam wilayah sekitar areal konsesinya ditemukan titik-titik api.
Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb Jajang Setiawan mengatakan titik-titik api tersebut ditemukan setelah Satgas Karhutla Riau melakukan patroli dan pemetaan di sejumlah lokasi kebakaran. Hasilnya, ditemukan kebakaran di sekitar areal konsesi perusahaan yang berada pada radius kurang dari lima kilometer.
Lima perusahaan yang tercatat mengalami kebakaran di luar areal konsesi dengan radius kurang dari lima kilometer tersebut adalah PT Priatama Rupat (Surya Dumai Group), PT Jatim Jaya Perkasa Teluk Bano II, PT Wahana Sawit Subur Indah Siak, PT Seraya Sumber Lestari Siak, dan PT Langgam Inti Hibrindo, Pelalawan.
Riau sudah berstatus siaga darurat karhutla sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019. Kebakaran lahan gambut kini terus meluas mengakibatkan kabut asap di tiga daerah, yakni Kabupaten Pelalawan, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru. Bahkan, asap atau jerebu juga berpotensi terbawa angin hingga ke Malaysia dan Singapura.*
Baca juga: Kepala BNPB "sentil" kepala daerah Riau agar serius tangani Karhutla
Baca juga: BMKG: asap karhutla Riau belum sampai ke Singapura dan Malaysia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: