Palangka Raya (ANTARA) - Harga jual cabai di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini cukup tinggi, khususnya cabai merah dan rawit yang diakibatkan minimnya pasokan yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan dan sejumlah daerah lainnya.

"Untuk itu, komoditas berbagai cabai ini perlu pemantauan selama satu bulan ke depan," kata Wakil Ketua Harian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalteng Setian di Palangka Raya, Jumat.

Berdasarkan hasil pemantauan TPID Kalteng di sejumlah pasar besar, khususnya di Sampit dan Palangka Raya per Agustus 2019, harga rata-rata cabai rawit Rp64.700 per kilogram dan cabai merah Rp75.950 per kilogram. Harga itu berdasarkan survei di Pasar Subuh dan PPM Sampit, serta Pasar Besar dan Kahayan Palangka Raya.

Adapun tren kenaikan harga komoditas cabai merah seiring dengan tren pergerakan harga nasional. Selain itu, minimnya pasokan yang diterima, diakibatkan adanya gangguan produksi pada saat musim kemarau ini.

"Selanjutnya berdasarkan kondisi terkini dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian setempat, berkurangnya pasokan cabai juga dipengaruhi oleh gelombang air laut tinggi," ungkapnya.

Namun perwakilan dari Dinas Pertanian setempat pada kegiatan press release TPID itu, mengaku tidak bisa menjabarkan data secara rinci, terkait pengurangan jumlah pasokan cabai ke Kalteng. Sedangkan kebutuhan komoditas berbagai cabai pada Agustus 2019 untuk Kalteng, diperkirakan sekitar 3.697 ton.

Kemudian berbagai upaya yang dilakukan untuk menanggulangi lonjakan harga cabai di Kalteng, diantaranya melalui program pembagian bibit cabai sebanyak 1.500 polybag selama Juli 2019, guna menopang produksi cabai serta mendukung capaian inflasi.

Lebih lanjut Setian menjelaskan, sebenarnya masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) telah menyiapkan program peningkatan produksi cabai di Kalteng, hanya saja realisasinya di lapangan masih belum sesuai harapan.

"Saat kami melakukan pembinaan, seringkali dihadapkan dengan tantangan bahwa petani di Kalteng enggan memproduksi cabai, termasuk juga bawang," jelas Setian.

Para petani beralasan cuaca di Kalteng sangatlah ekstrem, sehingga tanaman cabai maupun bawang sangat berisiko dan memiliki tingkat kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Makanya saat tidak ada bantuan atau subsidi dari pemerintah, petani pun lebih memilih tidak menanam dua komoditas tersebut.

Sementara itu Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disdagperin Kalteng Jenta menjelaskan, dari hasil survei mereka ke sejumlah pasar dengan mendatangi para pedagang, ketersediaan cabai sebenarnya masih memadai, hanya saja jumlahnya yang menurun.

"Selain akibat pasokan yang menurun, kenaikan juga diakibatkan cabai yang biasa dipasok melalui jalur laut namun karena gelombang tinggi, menyebabkan sebagian dikirim melalui jalur udara. Hal ini juga mengakibatkan adanya penambahan nilai jual komoditas tersebut," ujarnya.

Baca juga: Tarif angkutan udara sumbang inflasi Kalteng
Baca juga: Kemendag ingatkan Kalteng kendalikan inflasi jelang Ramadhan