BNPB ajak semua komponen bangsa hentikan karhutla
2 Agustus 2019 13:29 WIB
Foto udara kebakaran lahan gambut di Kumpeh Ulu, Muarojambi, Jambi, Kamis (1/8/2019). Kebakaran lahan di wilayah itu yang mencapai 30 hektare pada Selasa (30/7), terus meluas ke arah utara dan selatan pada hari ini. BMKG menyebutkan berdasarkan hasil pantauan satelit sebanyak 264 titik panas terpantau di Pulau Sumatera, dengan 53 titik di antaranya berada di Provinsi Jambi. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pras.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengajak semua komponen bangsa untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan melalui pencegahan secara maksimal.
"Pencegahan jauh lebih baik dan efektif daripada pemadaman. Apabila sudah terjadi kebakaran, dampak yang besar akan mempengaruhi segala aspek kehidupan baik sosial, kesehatan, maupun keamanan," kata Doni melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Untuk mencegah kejadian berulang, Doni mengajak forum komunikasi pimpinan daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat, dan media massa untuk saling mengingatkan bahaya kebakaran hutan dan lahan.
Sebagai bencana yang terjadi akibat ulah manusia, kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merugikan manusia tetapi juga merusak ekosistem alam. "Kebakaran hutan dan lahan adalah urusan kita semua," ujarnya.
Doni mengatakan kebakaran hutan dan lahan akan berdampak kepada masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu dampak besar akibat asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun adalah kenaikan penyakit infeksi saluran pernafasan akut.
Karena itu, Doni berharap masyarakat di wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan tergerak hatinya untuk ikut mengatasi permasalahan tersebut. "Energi sebagai bangsa jangan hanya tersedot untuk mengurusi kebakaran hutan dan lahan saja," tuturnya.
Riau menjadi provinsi dengan titik-titik panas kebakaran hutan dan lahan terbanyak di seluruh Indonesia. BNPB telah mengerahkan 17 helikopter dan satu pesawat teknologi modifikasi cuaca ke provinsi tersebut.
Selain itu, 1.512 personel gabungan dari TNI/Polri, BPBD, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan kementerian/lembaga juga sudah diterjunkan untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: Kepala BNPB yakin pembakar hutan dan lahan bisa disadarkan
Baca juga: BMKG: asap karhutla Riau belum sampai ke Singapura dan Malaysia
"Pencegahan jauh lebih baik dan efektif daripada pemadaman. Apabila sudah terjadi kebakaran, dampak yang besar akan mempengaruhi segala aspek kehidupan baik sosial, kesehatan, maupun keamanan," kata Doni melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Untuk mencegah kejadian berulang, Doni mengajak forum komunikasi pimpinan daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, masyarakat, dan media massa untuk saling mengingatkan bahaya kebakaran hutan dan lahan.
Sebagai bencana yang terjadi akibat ulah manusia, kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merugikan manusia tetapi juga merusak ekosistem alam. "Kebakaran hutan dan lahan adalah urusan kita semua," ujarnya.
Doni mengatakan kebakaran hutan dan lahan akan berdampak kepada masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu dampak besar akibat asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun adalah kenaikan penyakit infeksi saluran pernafasan akut.
Karena itu, Doni berharap masyarakat di wilayah yang rawan kebakaran hutan dan lahan tergerak hatinya untuk ikut mengatasi permasalahan tersebut. "Energi sebagai bangsa jangan hanya tersedot untuk mengurusi kebakaran hutan dan lahan saja," tuturnya.
Riau menjadi provinsi dengan titik-titik panas kebakaran hutan dan lahan terbanyak di seluruh Indonesia. BNPB telah mengerahkan 17 helikopter dan satu pesawat teknologi modifikasi cuaca ke provinsi tersebut.
Selain itu, 1.512 personel gabungan dari TNI/Polri, BPBD, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan kementerian/lembaga juga sudah diterjunkan untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: Kepala BNPB yakin pembakar hutan dan lahan bisa disadarkan
Baca juga: BMKG: asap karhutla Riau belum sampai ke Singapura dan Malaysia
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: