Perbankan diminta tidak beri kredit untuk wilayah rawan bencana
1 Agustus 2019 10:40 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam Seminar Nasional Kebencanaan "Membangun Ketangguhan Infrastruktur yang Berkelanjutan" di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho, Lantai 15 Graha BNPB, Jakarta, Kamis (1/8/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta dunia perbankan tidak memberikan kredit kepada pengembang yang membangun perumahan di wilayah yang rawan bencana.
"Dunia usaha diharapkan memiliki peran lebih besar untuk melindungi rakyat Indonesia dari bencana," kata Doni dalam Seminar Nasional Kebencanaan "Membangun Ketangguhan Infrastruktur yang Berkelanjutan" di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho, Lantai 15 Graha BNPB, Jakarta, Kamis.
Doni mengatakan pengembang perumahan juga harus memiliki informasi tentang kebencanaan. Pengembang harus paham kawasan-kawasan yang berpotensi mengalami banjir, gempa, dan tsunami.
Salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah semakin banyak alih fungsi lahan sehingga terjadi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan.
"Ketika terjadi banjir bandang, satu kampung bisa hanyut. Ternyata kampung tersebut dibangun di tanah urugan yang sebelumnya merupakan rumah air. Manusia jangan coba-coba menempati rumah air," tuturnya.
Doni mengatakan bangsa Indonesia harus menyadari tinggal di kawasan yang memiliki potensi bencana tinggi karena memiliki 295 sesar aktif yang sudah teridentifikasi dan 500 gunung api yang 127 di antaranya adalah gunung api aktif.
"Namun, Tuhan juga memberikan kita alam yang subur dan kekayaan alam yang melimpah. Kita harus belajar, harus mampu beradaptasi dengan alam," katanya.
Selain itu, Doni juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga alam secara berkelanjutan sebagai upaya mencegah bencana.
"Kita menjaga alam, alam juga akan menjaga kita," ujarnya.
"Dunia usaha diharapkan memiliki peran lebih besar untuk melindungi rakyat Indonesia dari bencana," kata Doni dalam Seminar Nasional Kebencanaan "Membangun Ketangguhan Infrastruktur yang Berkelanjutan" di Ruang Serba Guna Dr Sutopo Purwo Nugroho, Lantai 15 Graha BNPB, Jakarta, Kamis.
Doni mengatakan pengembang perumahan juga harus memiliki informasi tentang kebencanaan. Pengembang harus paham kawasan-kawasan yang berpotensi mengalami banjir, gempa, dan tsunami.
Salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah semakin banyak alih fungsi lahan sehingga terjadi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan.
"Ketika terjadi banjir bandang, satu kampung bisa hanyut. Ternyata kampung tersebut dibangun di tanah urugan yang sebelumnya merupakan rumah air. Manusia jangan coba-coba menempati rumah air," tuturnya.
Doni mengatakan bangsa Indonesia harus menyadari tinggal di kawasan yang memiliki potensi bencana tinggi karena memiliki 295 sesar aktif yang sudah teridentifikasi dan 500 gunung api yang 127 di antaranya adalah gunung api aktif.
"Namun, Tuhan juga memberikan kita alam yang subur dan kekayaan alam yang melimpah. Kita harus belajar, harus mampu beradaptasi dengan alam," katanya.
Selain itu, Doni juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga alam secara berkelanjutan sebagai upaya mencegah bencana.
"Kita menjaga alam, alam juga akan menjaga kita," ujarnya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: