Brisbane (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menolak kehadiran para pengawal China untuk melindungi arak-arakan obor Olimpiade di Canberra pada 24 April mendatang, dari gangguan para demonstran pro-Tibet. Penegasan itu disampaikan PM Rudd dalam pernyataan persnya di sela kunjungannya di London menyusul adanya sejumlah aparat China berpakaian olahraga warna biru ikut mengamankan arak-arakan obor Olimpiade di Paris, demikian ABC melaporkan, Selasa. Beberapa aparat China itu berlari bersama pembawa obor Olimpiade di Paris, Stephane Diagana. Dalam masalah pengamanan terhadap arak-arakan obor Olimpiade di Canberra, PM Rudd mengatakan, aparat Australia akan menangani pengamanannya secara penuh. Ia juga menegaskan bahwa ia tidak bisa hadir dalam acara di Canberra itu karena ia akan menghadiri acara peringatan tenggelamnya kapal perang "HMAS Sydney" di Sydney. Obor Olimpiade Beijing tersebut akan disambut Menteri Olahraga Kate Ellis, kata ABC. Perihal masalah pengamanan terhadap arak-arakan obor Olimpiade Beijing di Canberra pada 24 April mendatang itu terus bergulir menjadi wacana publik di Australia dalam sepekan terakhir. Pihak panitia arak-arakan obor Olimpiade di Canberra juga mengkhawatirkan kemungkinan adanya insiden gangguan terhadap arak-arakan obor Olimpiade oleh para demonstran pro-Tibet seperti terjadi di London, Inggris, 6 April lalu. Untuk menghindari hal serupa, media Australia melaporkan, pihak panitia mungkin memperpendek rute arak-arakan obor di Canberra. Panitia arak-arakan obor Olimpiade Beijing untuk kota Canberra juga dilaporkan telah bekerja sama dengan Polisi Federal Australia (AFP) untuk merancang pengamanan rute. Di mata pembawa obor Olimpiade di Canberra, Craig Wallace, warga masyarakat punya hak untuk melakukan protes tapi jangan sampai mengganggu arak-arakan. Dalam insiden bentrokan di London itu, sebanyak 37 orang demonstran pro-Tibet ditangkap. Sejak pecahnya protes warga Tibet terhadap kekuasaan China di Lasha yang berakhir dengan kematian sejumlah warga sipil beberapa waktu lalu, terjadi gelombang protes dari para pendukung kemerdekaan Tibet di Amerika, beberapa negara Eropa, dan Australia. Seruan pemboikotan terhadap Olimpiade Beijing tidak hanya datang dari para pendukung kemerdekaan Tibet tetapi juga Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Sarkozy menjadi pemimpin dunia pertama yang secara terbuka mengumumkan niatnya memboikot pembukaan Olimpiade Beijing Agustus mendatang itu. Selain di Inggris, aksi mempermalukan pemerintah China sebelumnya juga dilancarkan anggota kelompok pro-Tibet mewarnai acara perjalanan obor Olimpiade di Athena (Yunani). Pemerintah China mengecam keras setiap aksi protes yang mengganggu perjalanan obor api Olimpiade tersebut. (*)