Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Nusa Tenggara Barat mewaspadai potensi kekeringan meteorologis pada saat puncak musim kemarau dan berkurangnya curah hujan pada Agustus 2019.
"Masyarakat diimbau agar waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, seperti potensi kekeringan, kekurangan air bersih, dan potensi kebakaran lahan khususnya di wilayah rawan kekeringan serta wilayah yang berada pada kategori hari tanpa hujan lebih dari 60 hari," kata prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, I Gede Widi Hariarta, di Lombok Barat, Rabu.
Ia mengatakan kondisi iklim terkini di NTB pada dasarian III Juli 2019 berupa hujan yang terjadi kategori rendah, yakni kurang dari 20 milimeter (mm) per dasarian. Di mana pada dasarian III umumnya tidak terjadi hujan di seluruh wilayah NTB.
Sifat hujan di NTB, pada umumnya berada pada kategori bawah normal (BN).
Widi menambahkan dari monitoring hari tanpa hujan (HTH) di NTB, berada pada kategori menengah (11-20 hari tanpa hujan) hingga kekeringan ekstrem atau lebih dari 60 hari tanpa hujan.
Kekeringan ekstrem terjadi hampir di seluruh wilayah di Pulau Sumbawa, dan sebagian di Pulau Lombok, khususnya daerah bagian utara.
"Daerah yang lebih dari 60 hari tanpa hujan harus mewaspadai potensi kekeringan meteorologis," ujarnya.
Kekeringan meteorologis merupakan kekeringan yang disebabkan karena tingkat curah hujan pada suatu daerah di bawah normal.
Widi juga menyebutkan kondisi dinamika atmosfer saat ini berada pada kondisi el nino lemah.
Sementara kondisi suhu muka laut di perairan NTB, menunjukkan kondisi normal. Analisis angin menunjukkan angin timuran masih mendominasi di wilayah Indonesia, khususnya di NTB. Kondisi tersebut menyebabkan mengurangi peluang terjadinya hujan di wilayah NTB.
Pergerakan "Madden Jullian Oscillation" (MJO) saat ini tidak aktif.
Ia menambahkan peluang kejadian hujan pada dasarian I Agustus 2019 di seluruh wilayah NTB masih rendah.
Hujan dengan kategori lebih dari mm/dasarian pada umumnya memiliki peluang lebih dari 10 persen, akan tetapi masih ada peluang hingga 70 persen di wilayah Pelangan, Kabupaten Lombok Barat, yaitu di Pulau Lombok sebelah barat daya.
"Sementara untuk hujan dengan kategori lebih dari 50 mm/dasarian hingga lebih dari 150 mm/dasarian memiliki peluang lebih 10 persen terjadi di seluruh wilayah," katanya.
Baca juga: Kekeringan di NTB semakin meluas
Baca juga: ACT NTB mendistribusikan air bersih ke daerah kekeringan
Baca juga: BNPB instruksikan BPBD bersiap hadapi kekeringan
BMKG imbau warga NTB waspadai dampak puncak kemarau
31 Juli 2019 21:11 WIB
Peta daerah-daerah yang berpotensi kekeringan ekstrem saat puncak musim kemarau di NTB pada Agustus 2019 berdasarkan perkiraan BMKG. (ANTARA/Awaludin)
Pewarta: Awaludin
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: