Pertamina agar berkoordinasi dengan K/L tanggulangi tumpahan minyak
31 Juli 2019 18:28 WIB
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) nasional dan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) memperlihatkan contoh limbah minyak mentah terkait pencemaran akibat tumpahan minyak di pantai Karawang saat jumpa pers di Jakarta, Senin (29/7/2019). Jatam dan Walhi menilai pencemaran itu sebagai bencana industri dan mendesak PT Pertamina pemerintah untuk membentuk tim investigasi independen penyebab bencana itu. ANTARA/Fauzi/pri
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Putih Sari meminta PT Pertamina (Persero) untuk bisa berkoordinasi dengan kementerian/lembaga guna menanggulangi dampak tumpahan minyak dari proyek yang dikerjakan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Ia berharap koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dapat membuat penanggulangan tumpahan minyak menjadi lebih terpadu dan komprehensif.
"Kami juga mendorong Pemerintah Kabupaten Karawang untuk menghitung kompensasi kerugian dan mengawalnya agar memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang terdampak," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Putih mengingatkan dampak kejadian tumpahan minyak di laut Karawang itu bagi lingkungan dan kesehatan. Ia mengaku khawatir peristiwa itu dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat.
"Dampak yang paling mengerikan dari tumpahan minyak adalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya kami mengingatkan Pertamina agar segera bertindak dan bertanggung jawab atas kejadian ini," katanya.
Lebih lanjut, Anggota Fraksi Gerindra DPR RI ini mengingatkan sekecil apapun kebocoran minyak yang terjadi akan membawa dampak yang luar biasa bagi lingkungan dan manusia. Terlebih, dibutuhkan waktu yang lama untuk membersihkan sisa tumpahan minyak.
"Binatang-binatang dan tumbuhan yang hidup di laut atau dekat dengan pantai termasuk muara sungai yang tercemar, merupakan kelompok yang paling merasakan langsung. Tumpahan minyak langsung dapat menyebabkan ikan-ikan dan biota laut mati karena tidak dapat bernapas," tambahnya.
Selanjutnya, menurut Putih, jika ikan-ikan mati, tumpahan minyak bukan hanya menyebabkan gangguan lingkungan akan tetapi juga menyebabkan gangguan ekonomi masyarakat pesisir yang mengandalkan hidupnya dari laut.
Sebelumnya, pascaperistiwa tumpahan minyak, Pertamina telah memasang 5 unit Giant Octopus Skimmer dan membentangkan 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Static Oil Boom mampu menahan penyebaran sedangkan Giant Octopus Skimmer digunakan untuk mengangkat oil spill yang tertampung di Static Oil Boom tersebut.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan pemerintah terus berusaha untuk mematikan sumur tersebut. Personil dan tim, baik yang menangani tumpahan minyak dan penutupan sumur serta para ahli sudah didatangkan, baik lokal dan asing.
Upaya penutupan sumur ini rencananya didukung oleh Boots & Coots yang akan membuat relief well dengan melakukan pengeboran secara horizontal ke arah tenggara melintasi sumur YYA-1 dengan jarak 800 meter hingga 1.000 meter. Selanjutnya penyumbatan dilakukan dengan menginjeksi semen di titik sentral semburan. Diperkirakan pekerjaan ini membutuhkan waktu sekitar delapan minggu atau dua bulan.
Baca juga: BMKG siap bantu pertamina petakan sebaran tumpahan minyak mentah
Baca juga: Pemkab Karawang masih data penerima kompensasi minyak mentah Pertamina
Ia berharap koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dapat membuat penanggulangan tumpahan minyak menjadi lebih terpadu dan komprehensif.
"Kami juga mendorong Pemerintah Kabupaten Karawang untuk menghitung kompensasi kerugian dan mengawalnya agar memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang terdampak," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Putih mengingatkan dampak kejadian tumpahan minyak di laut Karawang itu bagi lingkungan dan kesehatan. Ia mengaku khawatir peristiwa itu dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat.
"Dampak yang paling mengerikan dari tumpahan minyak adalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karenanya kami mengingatkan Pertamina agar segera bertindak dan bertanggung jawab atas kejadian ini," katanya.
Lebih lanjut, Anggota Fraksi Gerindra DPR RI ini mengingatkan sekecil apapun kebocoran minyak yang terjadi akan membawa dampak yang luar biasa bagi lingkungan dan manusia. Terlebih, dibutuhkan waktu yang lama untuk membersihkan sisa tumpahan minyak.
"Binatang-binatang dan tumbuhan yang hidup di laut atau dekat dengan pantai termasuk muara sungai yang tercemar, merupakan kelompok yang paling merasakan langsung. Tumpahan minyak langsung dapat menyebabkan ikan-ikan dan biota laut mati karena tidak dapat bernapas," tambahnya.
Selanjutnya, menurut Putih, jika ikan-ikan mati, tumpahan minyak bukan hanya menyebabkan gangguan lingkungan akan tetapi juga menyebabkan gangguan ekonomi masyarakat pesisir yang mengandalkan hidupnya dari laut.
Sebelumnya, pascaperistiwa tumpahan minyak, Pertamina telah memasang 5 unit Giant Octopus Skimmer dan membentangkan 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Static Oil Boom mampu menahan penyebaran sedangkan Giant Octopus Skimmer digunakan untuk mengangkat oil spill yang tertampung di Static Oil Boom tersebut.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan pemerintah terus berusaha untuk mematikan sumur tersebut. Personil dan tim, baik yang menangani tumpahan minyak dan penutupan sumur serta para ahli sudah didatangkan, baik lokal dan asing.
Upaya penutupan sumur ini rencananya didukung oleh Boots & Coots yang akan membuat relief well dengan melakukan pengeboran secara horizontal ke arah tenggara melintasi sumur YYA-1 dengan jarak 800 meter hingga 1.000 meter. Selanjutnya penyumbatan dilakukan dengan menginjeksi semen di titik sentral semburan. Diperkirakan pekerjaan ini membutuhkan waktu sekitar delapan minggu atau dua bulan.
Baca juga: BMKG siap bantu pertamina petakan sebaran tumpahan minyak mentah
Baca juga: Pemkab Karawang masih data penerima kompensasi minyak mentah Pertamina
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: