Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai film "Ayat-Ayat Cinta" (AAC) dapat menjadi salah satu media untuk memberikan pemahaman yang tepat mengenai Islam. Hal itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono seusai menyaksikan film "Ayat-Ayat Cinta" di Studio XXI, EX Plaza, Jakarta, Jumat malam. "Pesannya sampai," kata Presiden Yudhoyono yang malam itu didampingi oleh seluruh anggota keluarganya. Kepala Negara yang mengaku beberapa kali menghapus air matanya saat menyaksikan film yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul sama itu mengatakan bahwa Islam acap kali salah dipahami oleh publik. Oleh karena itu, lanjut dia, sudah menjadi kewajiban seluruh umat Islam untuk menjelaskan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai, penuh toleransi dan harmoni. Menurut Presiden Yudhoyono, film terbaru karya sutradara muda Hanung Bramantyo itu merupakan salah satu cerminan mengenai Islam, mengenai bagaimana mengapresiasi nila-nilai lebih dari sekedar simbol-simbol, sehingga masyarakat dunia dapat hidup berdampingan dalam perbedaan. Kepala Negara menegaskan bahwa sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menghindari benturan peradaban dan menjembatani perbedaan, karena ada keperluan untuk menyatukan persamaan guna menghadapi tantangan global. Disebutkannya juga bahwa saat ini Indonesia bersama sejumlah negara di dunia terus berupaya membangun kebersamaan guna menghindari perpecahan. Pada kesempatan itu Presiden juga berharap agar film tersebut dapat menjadi tonggak baru kebangkitan dunia perfilman nasional, sehingga film dalam negeri dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. "Ini merupakan suatu economic creative, produk budaya dan merupakan suatu tumbuh kembang untuk menjadi sumber ekonomi baru di abad 21," katanya. Presiden berharap di masa mendatang akan hadir lebih banyak karya-karya seni yang luhur di Indonesia. Kepala Negara juga menyampaikan pujian terhadap sutradara, produser dan seluruh pemain film yang telah menghasilkan karya itu. "Ayat-Ayat Cinta" adalah film drama religius tentang percintaan yang dibintangi Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Sazkia A. Mecca, dan Melanie Putri. Film yang ditayangkan serentak di bioskop Indonesia mulai 28 Februari itu kabarnya telah ditonton oleh lebih dari tiga juta orang. Film tersebut bertutur tentang cara menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam, sehingga banyak memperoleh pujian dari sejumlah tokoh di Indonesia, termasuk mantan Presiden BJ Habibie dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tokoh utamanya, Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril) adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Ahzar, Mesir. Ia berjibaku dengan panas-debu Mesir, berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Ia kuliah dan menopang hidupnya dengan cara menjadi penerjemah buku-buku agama. Turut mendampingi Presiden Yudhoyono antara lain adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Mutia Hatta, Jurubicara Kepresidenan Dino Pattidjalal, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie serta Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa. Di studio berkapasitas 284 kursi itu, hadir pula 107 diplomat yang mewakili 53 kedutaan besar negara sahabat di Indonesia. (*)