Ekonomi global melambat, pasar saham Indonesia dinilai masih menarik
26 Juli 2019 08:35 WIB
Tiga perusahaan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, pada awal Juli ini yaitu PT Envy Technologies Indonesia Tbk, PT Berkah Prima Perkasa Tbk, dan PT MNC Vision Networks Tbk, Jakarta, Senin (8/7/2019). (ANTARA/Citro Atmoko/aa)
Jakarta (ANTARA) - Pasar saham dan obligasi Indonesia masih menarik meskipun ekonomi global melambat saat ini, kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha.
"Pasar saham dan obligasi Indonesia masih menawarkan potensi investasi yang sangat menarik, walaupun kondisi global saat ini masih dipenuhi oleh berbagai dinamika yang ada," ujar Dimas dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Dimas, di tengah pelambatan ekonomi global yang terjadi saat ini, Indonesia lebih terlindungi karena struktur ekonomi Indonesia tidak tergantung kepada ekspor.
"Berbeda dengan negara tetangga kita yang sangat mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan ekonominya," katanya.
Kemudian, faktor berikutnya adalah potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Jadi tidak hanya bank sentral global saja yang berencana menurunkan suku bunga tahun ini, ia juga melihat potensi bahwa di tahun ini Bank Indonesia akan mulai menurunkan suku bunganya.
Tahun lalu Bank Indonesia sangat agresif menaikkan suku bunga hingga enam kali untuk menjaga stabilitas rupiah dan juga untuk mengikuti kenaikan suku bunga yang terjadi AS. Tahun ini rupiah sudah bergerak di level yang stabil.
"Bank sentral AS juga berencana menurunkan suku bunganya, oleh karena itu kita melihat potensi bahwa Bank Indonesia juga ikut bergerak menurunkan suku bunganya. Ini dapat menjadi hal positif bagi pasar saham dan obligasi di Indonesia," ujar Dimas.
Selain itu, pengelolaan fiskal dan moneter di Indonesia sangat baik. Hal ini diafirmasi oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) dimana baru-baru ini menaikkan rating Indonesia menjadi BBB. Hal ini mengindikasikan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia dan juga pengelolaan fiskal dan moneternya.
Ini pencapaian yang positif, karena ditengah pelambatan ekonomi global, beberapa negara lain justru mendapatkan rating "downgrade". Di negara seperti Brasil, Turki dan Meksiko, peringkatnya cenderung turun, sementara sebaliknya, Indonesia mendapat kenaikan.
"Ini merupakan pencapaian yang sangat positif. Oleh karena itu kami tetap positif terhadap outlook ekonomi Indonesia ke depannya," kata Dimas.
Baca juga: Bahana Sekuritas: Ada aksi demo, prospek pasar saham masih menjanjikan
Baca juga: BEI: Perusahaan terbuka daerah dongkrak jumlah investor di Sumsel
"Pasar saham dan obligasi Indonesia masih menawarkan potensi investasi yang sangat menarik, walaupun kondisi global saat ini masih dipenuhi oleh berbagai dinamika yang ada," ujar Dimas dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Dimas, di tengah pelambatan ekonomi global yang terjadi saat ini, Indonesia lebih terlindungi karena struktur ekonomi Indonesia tidak tergantung kepada ekspor.
"Berbeda dengan negara tetangga kita yang sangat mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan ekonominya," katanya.
Kemudian, faktor berikutnya adalah potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Jadi tidak hanya bank sentral global saja yang berencana menurunkan suku bunga tahun ini, ia juga melihat potensi bahwa di tahun ini Bank Indonesia akan mulai menurunkan suku bunganya.
Tahun lalu Bank Indonesia sangat agresif menaikkan suku bunga hingga enam kali untuk menjaga stabilitas rupiah dan juga untuk mengikuti kenaikan suku bunga yang terjadi AS. Tahun ini rupiah sudah bergerak di level yang stabil.
"Bank sentral AS juga berencana menurunkan suku bunganya, oleh karena itu kita melihat potensi bahwa Bank Indonesia juga ikut bergerak menurunkan suku bunganya. Ini dapat menjadi hal positif bagi pasar saham dan obligasi di Indonesia," ujar Dimas.
Selain itu, pengelolaan fiskal dan moneter di Indonesia sangat baik. Hal ini diafirmasi oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) dimana baru-baru ini menaikkan rating Indonesia menjadi BBB. Hal ini mengindikasikan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia dan juga pengelolaan fiskal dan moneternya.
Ini pencapaian yang positif, karena ditengah pelambatan ekonomi global, beberapa negara lain justru mendapatkan rating "downgrade". Di negara seperti Brasil, Turki dan Meksiko, peringkatnya cenderung turun, sementara sebaliknya, Indonesia mendapat kenaikan.
"Ini merupakan pencapaian yang sangat positif. Oleh karena itu kami tetap positif terhadap outlook ekonomi Indonesia ke depannya," kata Dimas.
Baca juga: Bahana Sekuritas: Ada aksi demo, prospek pasar saham masih menjanjikan
Baca juga: BEI: Perusahaan terbuka daerah dongkrak jumlah investor di Sumsel
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: