Ratusan hektare sawah di Madiun kekeringan
25 Juli 2019 22:22 WIB
Tanaman Terancam Gagal Panen Marwi (65) mengambil rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi yang retak tanahnya di Desa Demung, Besuki, Situbondo, Jawa Timur. Sejumlah petani mengeluhkan tidak adanya air di saluran irigasi selama kemarau. (Dok Antara)
Madiun (ANTARA) - Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencatat ratusan hektare sawah di wilayah setempat terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun 2019, sehingga terancam gagal panen.
Kabid Holtikultura Disperta Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan total luas lahan pertanian di Madiun mencapai 32.000 hektare. Data sementara yang dihimpun, dari jumlah tersebut terdapat lebih dari 101 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan
"Potensi kekeringan masih didominasi kawasan lereng Gunung Wilis. Yaitu, Kecamatan Dagangan, Kare, dan Gemarang," ujar Sumanto kepada wartawan, Kamis.
Memasuki kemarau, potensi kekeringan lahan pertanian akan semakin meluas. Apalagi, musim kemarau belum mencapai puncaknya.
Untuk mengatasi dampak yang lebih besar, ia mengimbau petani lebih efisien bercocok tanam dan tidak memaksakan tanam padi. Namun bisa diselingi tanaman palawija.
Hal itu mengingat volume air di tiga waduk di Kabupaten Madiun mulai menyusut. Bahkan di bawah batas zona standar. Sehingga, untuk mengantisipasi kemarau yang bisa saja mundur dari perkiraan, petani diharapkan beralih ke palawija untuk musim tanam selanjutnya (MK II).
Ia menyebut kekeringan terjadi hampir di seluruh daerah di pulau Jawa. Saat musim kemarau, debit penampungan air maupun sumur dalam menyusut. Hal itu karena berkurangnya sumber air yang disebabkan minimnya penghijauan.
"Kekeringan hampir selalu terjadi saat musim kemarau berlangsung, tinggal bagaimana menyikapinya. Saya berharap semua lebih bijak dan bisa membantu penghijauan kembali," kata dia.
Kabid Holtikultura Disperta Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan total luas lahan pertanian di Madiun mencapai 32.000 hektare. Data sementara yang dihimpun, dari jumlah tersebut terdapat lebih dari 101 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan
"Potensi kekeringan masih didominasi kawasan lereng Gunung Wilis. Yaitu, Kecamatan Dagangan, Kare, dan Gemarang," ujar Sumanto kepada wartawan, Kamis.
Memasuki kemarau, potensi kekeringan lahan pertanian akan semakin meluas. Apalagi, musim kemarau belum mencapai puncaknya.
Untuk mengatasi dampak yang lebih besar, ia mengimbau petani lebih efisien bercocok tanam dan tidak memaksakan tanam padi. Namun bisa diselingi tanaman palawija.
Hal itu mengingat volume air di tiga waduk di Kabupaten Madiun mulai menyusut. Bahkan di bawah batas zona standar. Sehingga, untuk mengantisipasi kemarau yang bisa saja mundur dari perkiraan, petani diharapkan beralih ke palawija untuk musim tanam selanjutnya (MK II).
Ia menyebut kekeringan terjadi hampir di seluruh daerah di pulau Jawa. Saat musim kemarau, debit penampungan air maupun sumur dalam menyusut. Hal itu karena berkurangnya sumber air yang disebabkan minimnya penghijauan.
"Kekeringan hampir selalu terjadi saat musim kemarau berlangsung, tinggal bagaimana menyikapinya. Saya berharap semua lebih bijak dan bisa membantu penghijauan kembali," kata dia.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: