Selenggarakan IAID, Indonesia jawab harapan kerja sama Afrika
24 Juli 2019 19:25 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) dan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) menyampaikan keterangan pers mengenai rencana penyelenggaraan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (ANTARA/Yashinta Difa)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Bali pada 20-21 Agustus 2019, guna menjawab harapan negara-negara Afrika untuk kerja sama ekonomi yang lebih konkret dengan Indonesia.
Inisiatif acara tersebut merupakan wujud komitmen diplomasi ekonomi Indonesia ke Afrika, setelah pada 2018 menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum (IAF) yang menghasilkan total kesepakatan bisnis senilai 586,56 juta dolar AS di sektor industri strategis, infrastruktur, pembiayaan, pertambangan, tekstil, perawatan pesawat, dan perdagangan komoditas.
“Kita terus berusaha mengkonkretkan kerja sama dengan Afrika di berbagai bidang, khususnya infrastruktur,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai bertemu perwakilan pemerintah Afrika, serta sejumlah BUMN dan perusahaan swasta di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu.
IAID akan dihadiri sekitar 700 peserta dari Indonesia dan seluruh negara Afrika. Dialog akan menyoroti kemajuan kerja sama dan kesepakatan bisnis yang ditandatangani dalam IAF 2018, serta pelaksanaan penandatanganan kesepakatan kerja sama infrastruktur dan industri strategis lainnya.
Baca juga: IAF catat kesepakatan bisnis 586 juta dolar
“Tahun ini akan ada beberapa kesepakatan bisnis yang belum bisa saya umumkan karena sekarang masih on progress,” ujar Retno.
Penyelenggaraan IAF yang akan disusul IAID, disebut Menlu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia ke Afrika guna mencari pasar non-tradisional.
Selain perdagangan dan investasi, infrastruktur dianggap sebagai sektor yang diprioritaskan untuk pembangunan di masa depan.
Menurut Global Infrastructure Outlook dari lembaga Global Infrastructure Hub, kebutuhan investasi untuk berbagai proyek infrastruktur di Afrika dari 2016 hingga 2040 berjumlah 6 triliun dolar AS, setara dengan 5,9 persen dari PDB yang didedikasikan untuk infrastruktur dalam periode ini.
Baca juga: Indonesia berbagi pengalaman pengembangan UMKM kepada masyarakat Afrika Selatan
Sementara itu, pemerintah memperkirakan kebutuhan 1,7 triliun dolar AS untuk pembangunan infrastruktur Indonesia pada periode yang sama.
Pemerintah Indonesia berkomitmen pada pembangunan infrastruktur negara dengan mengalokasikan pengeluaran nasionalnya hingga 28 miliar dolar AS untuk infrastruktur pada 2019. Dibandingkan dengan 2015, anggaran tahun ini meningkat 61,6 persen.
Berkaca pada kebutuhan dan potensi kerja sama tersebut, Indonesia percaya bahwa ini akan menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kolaborasi dalam pembangunan infrastruktur antara Indonesia dan Afrika.
Indonesia percaya bahwa sektor infrastruktur tidak hanya akan mendorong mobilitas perdagangan barang dan jasa, tetapi juga mendorong investasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang luas dalam jangka menengah dan panjang.
Baca juga: "Mimpi" Luhut, Indonesia ekspor mobil listrik ke Australia dan Afrika
Inisiatif acara tersebut merupakan wujud komitmen diplomasi ekonomi Indonesia ke Afrika, setelah pada 2018 menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum (IAF) yang menghasilkan total kesepakatan bisnis senilai 586,56 juta dolar AS di sektor industri strategis, infrastruktur, pembiayaan, pertambangan, tekstil, perawatan pesawat, dan perdagangan komoditas.
“Kita terus berusaha mengkonkretkan kerja sama dengan Afrika di berbagai bidang, khususnya infrastruktur,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai bertemu perwakilan pemerintah Afrika, serta sejumlah BUMN dan perusahaan swasta di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu.
IAID akan dihadiri sekitar 700 peserta dari Indonesia dan seluruh negara Afrika. Dialog akan menyoroti kemajuan kerja sama dan kesepakatan bisnis yang ditandatangani dalam IAF 2018, serta pelaksanaan penandatanganan kesepakatan kerja sama infrastruktur dan industri strategis lainnya.
Baca juga: IAF catat kesepakatan bisnis 586 juta dolar
“Tahun ini akan ada beberapa kesepakatan bisnis yang belum bisa saya umumkan karena sekarang masih on progress,” ujar Retno.
Penyelenggaraan IAF yang akan disusul IAID, disebut Menlu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia ke Afrika guna mencari pasar non-tradisional.
Selain perdagangan dan investasi, infrastruktur dianggap sebagai sektor yang diprioritaskan untuk pembangunan di masa depan.
Menurut Global Infrastructure Outlook dari lembaga Global Infrastructure Hub, kebutuhan investasi untuk berbagai proyek infrastruktur di Afrika dari 2016 hingga 2040 berjumlah 6 triliun dolar AS, setara dengan 5,9 persen dari PDB yang didedikasikan untuk infrastruktur dalam periode ini.
Baca juga: Indonesia berbagi pengalaman pengembangan UMKM kepada masyarakat Afrika Selatan
Sementara itu, pemerintah memperkirakan kebutuhan 1,7 triliun dolar AS untuk pembangunan infrastruktur Indonesia pada periode yang sama.
Pemerintah Indonesia berkomitmen pada pembangunan infrastruktur negara dengan mengalokasikan pengeluaran nasionalnya hingga 28 miliar dolar AS untuk infrastruktur pada 2019. Dibandingkan dengan 2015, anggaran tahun ini meningkat 61,6 persen.
Berkaca pada kebutuhan dan potensi kerja sama tersebut, Indonesia percaya bahwa ini akan menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kolaborasi dalam pembangunan infrastruktur antara Indonesia dan Afrika.
Indonesia percaya bahwa sektor infrastruktur tidak hanya akan mendorong mobilitas perdagangan barang dan jasa, tetapi juga mendorong investasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang luas dalam jangka menengah dan panjang.
Baca juga: "Mimpi" Luhut, Indonesia ekspor mobil listrik ke Australia dan Afrika
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: