BPBD Flores Timur bangun 10 sumur bor atasi kekeringan
24 Juli 2019 10:30 WIB
Salah satu titik pembangunan sumur bor di Desa Nusanipa, Kecamatan Tanjung Bunga, yang dibangun Pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk mengatasi bencana kekeringan yang selalu terjadi di daerah itu. (Antara/Dok. Humas Setda Kabupaten Flores Timur)
Kupang (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Flores Timur, Paulus Igo Geroda, mengemukakan sebanyak 10 sumur bor akan dibangun pada 2019 ini untuk menangani bencana kekeringan yang setiap tahun selalu melanda daerah setempat.
"Tahun ini ada sekitar 10 sumur bor di antaranya, sembilan dari dukungan dana Pusat melalui Badan Geologi Bandung, dan satu dibangun dari APBD kabupaten," katanya kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan, pembangunan sumur bor sebagai strategi jangka panjang dalam penanganan bencana kekeringan yang setiap tahun melanda wilayah di bagian timur Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.
Menurutnya, sebagian besar wilayah di Flores Timur tidak memiliki sumber air permukaan sehingga pasokan air untuk warga disiasati dengan membangun sumur bor.
Ia mencontohkan seperti di wilayah selatan Pulau Adonara, wilayah timur Pulau Solor, maupun Kota Larantuka dan sekitarnya.
"Bahkan ada wilayah yang tidak mempunyai sumber air permukaan maupun air tanah seperti wilayah timur Pulau Solor, kalaupun ada juga memiliki kadar garam sehingga tidak layak dikonsumsi," katanya.
Ia menambahkan, untuk itu pembangunan sumur bor dilakukan sebagai strategi tetap dalam mengatasi kekeringan dengan alokasi rata-rata dibangun sekitar lima hingga sumur bor setiap tahun.
Paulus mengatakan, selain sumur bor, upaya penanganan kekeringan dalam jangka panjang juga dilakukan dengan membangun infrastruktur bak penampung air hujan.
Lebih lanjut, Paulus mengatakan, saat ini daerah setempat memang sedang dilanda bencana kekeringan, namun tidak berdampak parah terhadap sektor pertanian.
"Umumnya masyarakat di Flores Timur memang tidak menanam saat musim kering sehingga dari aspek pertanian tidak terpengaruh, tanaman masyarakat sudah dipanen sekitar April lalu dan tidak ditanam lagi hingga musim hujan selanjutnya," katanya.
Menurutnya, dampak kekeringan yang lebih dirasakan terutama terkait berkurangnya pasokan air bersih untuk masyarakat akibat debit air dari sumbernya yang menurun.
"Untuk itu fokus penanganan kami pada pasokan air bersih dengan mengerahkan mobil-mobil tangki yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan," katanya.***1***
"Tahun ini ada sekitar 10 sumur bor di antaranya, sembilan dari dukungan dana Pusat melalui Badan Geologi Bandung, dan satu dibangun dari APBD kabupaten," katanya kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan, pembangunan sumur bor sebagai strategi jangka panjang dalam penanganan bencana kekeringan yang setiap tahun melanda wilayah di bagian timur Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.
Menurutnya, sebagian besar wilayah di Flores Timur tidak memiliki sumber air permukaan sehingga pasokan air untuk warga disiasati dengan membangun sumur bor.
Ia mencontohkan seperti di wilayah selatan Pulau Adonara, wilayah timur Pulau Solor, maupun Kota Larantuka dan sekitarnya.
"Bahkan ada wilayah yang tidak mempunyai sumber air permukaan maupun air tanah seperti wilayah timur Pulau Solor, kalaupun ada juga memiliki kadar garam sehingga tidak layak dikonsumsi," katanya.
Ia menambahkan, untuk itu pembangunan sumur bor dilakukan sebagai strategi tetap dalam mengatasi kekeringan dengan alokasi rata-rata dibangun sekitar lima hingga sumur bor setiap tahun.
Paulus mengatakan, selain sumur bor, upaya penanganan kekeringan dalam jangka panjang juga dilakukan dengan membangun infrastruktur bak penampung air hujan.
Lebih lanjut, Paulus mengatakan, saat ini daerah setempat memang sedang dilanda bencana kekeringan, namun tidak berdampak parah terhadap sektor pertanian.
"Umumnya masyarakat di Flores Timur memang tidak menanam saat musim kering sehingga dari aspek pertanian tidak terpengaruh, tanaman masyarakat sudah dipanen sekitar April lalu dan tidak ditanam lagi hingga musim hujan selanjutnya," katanya.
Menurutnya, dampak kekeringan yang lebih dirasakan terutama terkait berkurangnya pasokan air bersih untuk masyarakat akibat debit air dari sumbernya yang menurun.
"Untuk itu fokus penanganan kami pada pasokan air bersih dengan mengerahkan mobil-mobil tangki yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan," katanya.***1***
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: