Siemens Healthineers punya teknologi MRI baru
23 Juli 2019 20:08 WIB
(Kanan) Country Head Siemens Healthineers Alfred Fahringer bersama Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia drg Susi Setiawaty saat meluncurkan Magnetom Altea (1,5 Tesla) di Jakarta, Selasa (23/7) (ANTARA News/DEVI NINDY)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi di bidang kesehatan Siemens Healthineers meluncurkan teknologi baru pemindaian "magnetic resonance imaging" (MRI) di Indonesia, yang mengutamakan kenyamanan pasien saat melakukan pemindaian kesehatan.
Dua produk tersebut adalah Magnetom Altea (1,5 Tesla) dan Magnetom Lumina (3 Tesla), MRI yang dapat menyesuaikan diri dengan tubuh pasien dan melakukan analisa dengan kecerdasan buatan, diluncurkan di The Ritz-Carlton Jakarta, Selasa.
Country Head Siemens Healthineers Alfred Fahringer menyebut 42 persen masyarakat mengalami ketakutan saat melakukan pemindaian MRI karena memiliki kecemasan hingga fobia pada ruang sempit dan peralatan yang harus ditempel di tubuh, menurut studi internal mereka.
"Menjalani proses diagnosis medis seperti MRI akan menjadi pengalaman yang meresahkan, dan di Siemens Helathineers, kami memahami hal ini berpotensi mempengaruhi hasil akhir bagi penyedia layanan kesehatan," ujar Alfred.
Baca juga: Siemens dukung digitalisasi Indonesia dengan program pelatihan
Fitur terbaru pada produk MRI Siemens Healthineers yakni sistem "infotaiment in-bore," "Innovision," yang memungkinkan pasien rileks dengan acara favorit mereka selama menjalani tes MRI untuk mengurangi tingkat kecemasan.
Sistem tersebut dilengkapi dengan bantal yang berfungsi mentransmisikan sinyal audio dan mengurangi suara bising yang dihasilkan alat pemindai MRI.
Kemudian, teknologi BioMatix dari Siemens Healthineers dalam sistem MRI menghasilkan kombinasi sensor, "tuner," dan antarmuka yang terinegrasi di meja pemeriksaan untuk memberikan kualitas gambar superior dan diproduksi dalam waktu singkat, dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Terakhir adalah teknologi Turbo Suite baru, yang dirancang sebagai aplikasi khusus untuk melakukan pencitraan secara menyeluruh dan dapat mengurangi waktu pemeriksaan hingga 50 persen, tanpa mengurangi kualitas gambar.
"Dengan teknologi BioMatrix, semua aksesoris pemeriksaan tidak diperlukan, karena sudah terintegrasi dengan meja pemeriksaan. Pasien kifosis juga bisa pakai, jadi bukan pasien yang beradaptasi dengan MRI, tapi mesinnya yang beradaptasi dengan pasien," ujar Magnetic Resonance Bussiness Manager Siemens Healthineers Indonesia Yonathan Audhitya Suthihono.
Magnetom Altea (1,5 Tesla) dan Magnetom Lumina (3 Tesla) telah diperkenalkan pada konferensi Radiological Society of North America (RSNA) di Chicago, Amerika Serikat pada November 2018.
Baca juga: Emilia Nova akan jalani MRI tumit di Singapura
Baca juga: VinFast Vietnam gandeng Siemens produksi bus listrik
Dua produk tersebut adalah Magnetom Altea (1,5 Tesla) dan Magnetom Lumina (3 Tesla), MRI yang dapat menyesuaikan diri dengan tubuh pasien dan melakukan analisa dengan kecerdasan buatan, diluncurkan di The Ritz-Carlton Jakarta, Selasa.
Country Head Siemens Healthineers Alfred Fahringer menyebut 42 persen masyarakat mengalami ketakutan saat melakukan pemindaian MRI karena memiliki kecemasan hingga fobia pada ruang sempit dan peralatan yang harus ditempel di tubuh, menurut studi internal mereka.
"Menjalani proses diagnosis medis seperti MRI akan menjadi pengalaman yang meresahkan, dan di Siemens Helathineers, kami memahami hal ini berpotensi mempengaruhi hasil akhir bagi penyedia layanan kesehatan," ujar Alfred.
Baca juga: Siemens dukung digitalisasi Indonesia dengan program pelatihan
Fitur terbaru pada produk MRI Siemens Healthineers yakni sistem "infotaiment in-bore," "Innovision," yang memungkinkan pasien rileks dengan acara favorit mereka selama menjalani tes MRI untuk mengurangi tingkat kecemasan.
Sistem tersebut dilengkapi dengan bantal yang berfungsi mentransmisikan sinyal audio dan mengurangi suara bising yang dihasilkan alat pemindai MRI.
Kemudian, teknologi BioMatix dari Siemens Healthineers dalam sistem MRI menghasilkan kombinasi sensor, "tuner," dan antarmuka yang terinegrasi di meja pemeriksaan untuk memberikan kualitas gambar superior dan diproduksi dalam waktu singkat, dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Terakhir adalah teknologi Turbo Suite baru, yang dirancang sebagai aplikasi khusus untuk melakukan pencitraan secara menyeluruh dan dapat mengurangi waktu pemeriksaan hingga 50 persen, tanpa mengurangi kualitas gambar.
"Dengan teknologi BioMatrix, semua aksesoris pemeriksaan tidak diperlukan, karena sudah terintegrasi dengan meja pemeriksaan. Pasien kifosis juga bisa pakai, jadi bukan pasien yang beradaptasi dengan MRI, tapi mesinnya yang beradaptasi dengan pasien," ujar Magnetic Resonance Bussiness Manager Siemens Healthineers Indonesia Yonathan Audhitya Suthihono.
Magnetom Altea (1,5 Tesla) dan Magnetom Lumina (3 Tesla) telah diperkenalkan pada konferensi Radiological Society of North America (RSNA) di Chicago, Amerika Serikat pada November 2018.
Baca juga: Emilia Nova akan jalani MRI tumit di Singapura
Baca juga: VinFast Vietnam gandeng Siemens produksi bus listrik
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019
Tags: