Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester I 2019 menjadi Rp7,63 triliun di antaranya karena tekanan biaya dana yang akhirnya membuat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) hanya naik satu persen (yoy) menjadi Rp17,61 triliun.

"Tekanannya adalah interest expanse (beban bunga) tercermin dari cost of fund (biaya dana) yang terlihat dari tahun lalu meningkat dari 2,8 persen tahun lalu ke saat ini sebesar 3,2 persen," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Anggoro mengakui sepanjang semester I 2019. perseroan memang menghadapi tantangan mengetatnya likuiditas. Dengan pendapatan bunga bersih (NII) yang tumbuh tipis, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) BNI, kata Anggoro, juga di bawah lima persen yakni 4,9 persen. Target BNI adalah NIM akhir tahun bisa di kisaran 5,0-5,1 persen.

"Maka itu kita berharap semester II 2019, tekanan likuiditas melonggar sehingga biaya dana menurun," ujar dia.

Meskipun menghadapi tantangan likuiditas, BNI mampu mendorong pertumbuhan kredit hingga 20 persen (yoy) menjadi Rp 549,23 triliun. Untuk mendukung pertumbuhan kredit itu, dana pihak ketiga (DPK) BNI naik 13 persen (yoy) menjadi Rp595,07 triliun.

"Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada korporasi yang mencapai 51,9 persen dari total portfolio kredit BNI, dengan fokus pembiayaan pada sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha," ujar dia.

Sedangkan, kredit yang dialirkan pada segmen usaha kecil naik 21,5 persen (yoy) termasuk di dalamnya adalah penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Sementara untuk kredit segmen menengah tetap dijaga bertumbuh moderat sebesar 7,6 persen (yoy).

Adapun pada kredit konsumer, kredit tanpa agunan berbasis kredit kepegawaian masih menjadi kontributor utama pertumbuhan konsumer BNI yaitu sebesar 12,8 persen (yoy). Sementara untuk pertumbuhan kredit perumahan dan kartu kredit tumbuh masing-masing sebesar 8,9 persen (yoy) dan empat persen (yoy).

Meskipun NII yang hanya satu digit, BNI mampu mendongkrak pendapatan komisi (fee based income) hingga tumbuh 11,6 persen (yoy). Sebesar 96,5 persen dari pendapatan non bunga itu ditopang oleh recurring fee yang mencatatkan pertumbuhan 16,6 persen (yoy) menjadi Rp5,2 triliun. Pertumbuhan ini berkontribusi sebesar 21,6 persen terhadap total pendapatan operasional BNI pada semester I 2019.

Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BNI tercatat membaik menjadi 1,8 persen pada semester I 2019 dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni 2,1 persen. Sedangkan biaya kredit (credit cost) juga menurun dari 1,7 persen pada semester I 2018 menjadi 1,4 persen pada semester I 2019. Hal itu membuat rasio pencadangan (coverage ratio) terus meningkat menjadi 156,5 persen pada akhir semester I 2019 dari dari 150,2 persen pada semester I 2018.

Baca juga: BNI resmikan gedung baru di Pejompongan peringati ulang tahun ke-73
Baca juga: Lima BUMN segera investasi di aplikasi LinkAja
Baca juga: BNI cetak laba bersih kuartal I-2019 Rp4,08 triliun