Pengamat apresiasi upaya hilangkan hambatan ekspor buah ke China
22 Juli 2019 20:35 WIB
Ilustrasi: Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (ketiga kiri) dan Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun (dua kanani) beserta jajaran KJRI Shanghai menggunting pita saat meresmikan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) di Shanghai, Senin (22/7/2019). ITPC yang menjadi upaya meningkatkan nilai perdagangan bilateral dengan China itu memajang sejumlah produk unggulan Indonesia, baik dalam bentuk makanan dan minuman, maupun kerajinan tangan. ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/pras.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah menilai positif langkah pemerintah yang berupaya mencabut hambatan ekspor buah dan produk lainnya dari Indonesia ke China.
"Tinggal Menteri Perdagangan harus bisa menegaskan bahwa China tak perlu memberlakukan terlalu banyak persyaratan. Cukup bahwa buah kita tidak mengganggu kesehatan, bukan hasil rekayasa genetika dan berkelanjutan," kata Rusli dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal tersebut diungkapkan Rusli dalam menanggapi kunjungan dagang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Shanghai dan Beijing, China untuk mendorong kemudahan ekspor ke negara "Tirai Bambu" tersebut.
Dalam kesempatan itu, Mendag melakukan sejumlah kunjungan kepada pelaku usaha maupun pemangku kepentingan terkait untuk membahas kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan.
Rusli mengatakan pendekatan maupun lobi lanjutan perlu dilakukan agar berbagai kendala ekspor dapat teratasi terutama terkait pemberlakuan non-tariff measure yang selama ini menjadi hambatan perdagangan.
Saat ini berbagai buah-buahan asal Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk memasuki pasar China, karena baru tercatat lima jenis buah-buahan yang dapat diekspor ke negara tersebut.
Padahal, negara-negara tetangga seperti Thailand mampu mengekspor 20 jenis buah-buahan ke China. Oleh karena itu, upaya memverifikasi buah-buahan yang selama ini belum masuk ke China seperti nanas, buah naga, mangga, durian, alpukat, rambutan, sedang dipercepat.
Selain buah-buahan, ekspor potensial lainnya adalah sarang burung walet, yang saat ini jumlahnya masih sekitar 70 ton, atau hanya setengah dari kuota yang ditetapkan China sebanyak 160 ton.
Jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang mencapai 1.600 ton per tahun, ekspor Indonesia ke negara pengonsumsi sarang burung walet terbesar di dunia itu sangat kecil dan belum memadai.
Tidak hanya minim dari segi jumlah, karena dari sisi nilai tambah, ekspor sarang burung walet juga belum banyak diraih oleh Indonesia, karena ekspor tersebut adalah bahan mentah bukan produk olahan.
Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menambahkan saat ini sarang burung walet Indonesia sudah semakin baik dari segi kualitas dan mutu.
Untuk itu, ia optimistis ekspor sarang burung walet ke China dapat meningkat, terutama setelah pemerintah melakukan lobi untuk menghilangkan hambatan perdagangan dan mengatasi masalah penyelundupan komoditas tersebut.
Dengan upaya peningkatan ekspor, melalui lobi perdagangan ke China, yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia, maka pemerintah mengharapkan persoalan neraca perdagangan yang masih mengalami defisit dapat teratasi.
Baca juga: Nanas segar asal Lampung bakal masuk pasar China mulai tahun 2020
"Tinggal Menteri Perdagangan harus bisa menegaskan bahwa China tak perlu memberlakukan terlalu banyak persyaratan. Cukup bahwa buah kita tidak mengganggu kesehatan, bukan hasil rekayasa genetika dan berkelanjutan," kata Rusli dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal tersebut diungkapkan Rusli dalam menanggapi kunjungan dagang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Shanghai dan Beijing, China untuk mendorong kemudahan ekspor ke negara "Tirai Bambu" tersebut.
Dalam kesempatan itu, Mendag melakukan sejumlah kunjungan kepada pelaku usaha maupun pemangku kepentingan terkait untuk membahas kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan.
Rusli mengatakan pendekatan maupun lobi lanjutan perlu dilakukan agar berbagai kendala ekspor dapat teratasi terutama terkait pemberlakuan non-tariff measure yang selama ini menjadi hambatan perdagangan.
Saat ini berbagai buah-buahan asal Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk memasuki pasar China, karena baru tercatat lima jenis buah-buahan yang dapat diekspor ke negara tersebut.
Padahal, negara-negara tetangga seperti Thailand mampu mengekspor 20 jenis buah-buahan ke China. Oleh karena itu, upaya memverifikasi buah-buahan yang selama ini belum masuk ke China seperti nanas, buah naga, mangga, durian, alpukat, rambutan, sedang dipercepat.
Selain buah-buahan, ekspor potensial lainnya adalah sarang burung walet, yang saat ini jumlahnya masih sekitar 70 ton, atau hanya setengah dari kuota yang ditetapkan China sebanyak 160 ton.
Jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang mencapai 1.600 ton per tahun, ekspor Indonesia ke negara pengonsumsi sarang burung walet terbesar di dunia itu sangat kecil dan belum memadai.
Tidak hanya minim dari segi jumlah, karena dari sisi nilai tambah, ekspor sarang burung walet juga belum banyak diraih oleh Indonesia, karena ekspor tersebut adalah bahan mentah bukan produk olahan.
Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menambahkan saat ini sarang burung walet Indonesia sudah semakin baik dari segi kualitas dan mutu.
Untuk itu, ia optimistis ekspor sarang burung walet ke China dapat meningkat, terutama setelah pemerintah melakukan lobi untuk menghilangkan hambatan perdagangan dan mengatasi masalah penyelundupan komoditas tersebut.
Dengan upaya peningkatan ekspor, melalui lobi perdagangan ke China, yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia, maka pemerintah mengharapkan persoalan neraca perdagangan yang masih mengalami defisit dapat teratasi.
Baca juga: Nanas segar asal Lampung bakal masuk pasar China mulai tahun 2020
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: